Begitu juga, Messi belum “teruji” dalam Liga Inggeris yang terkenal dengan permainan “adu fisik” dan adu kontak. Dengan permainan “macho”, hit and run, gaya permainan sepakbola tidak “mengenal” menari-nari di sepakbola Inggeris. Gaya ini selain hanya “menghibur” namun tidak sukses di liga Inggeris. Lihatlah pemain-pemain asal Spanyol yang kurang berkiprah di liga Inggeris.
Liga Inggeris juga kokoh dalam umpan bola panjang. Serangan balik (counter attack) merupakan ciri khas dari tim-tim Inggeris dan membuat pertandingan selalu enak ditonton.
Semua tim adalah tim yang sejajar dan tidak ada tim yang mendominasi kekuatan lawan. Bahkan musim ini ditutup dengan Leicester City sebagai juara liga. Menumbangkan tim-tim unggulan. Bahkan membayangkan mimpi dari penonton liga Inggeris. Tidak salah kemudian, Liga Inggeris merupakan liga terbaik didunia.
Kembali ke Messi. Dengan pulangnya Argentina sebagai “runner up”, maka Messi sudah terbukti gagal menebarkan “sentuhan magis” di timnas Argentina. Messi tidak berhasil “menginspirasi” timnas Argentina. Messi adalah “penerima olahan” bola dari teman-teman yang berlaga di setiap kompetisi. Messi adalah “raja” yang selalu menerima “suplai” bola dari “pergelutan” teman-temannya. Messi adalah “dewa” yang selalu “dilayani” oleh teman-temannya. Sehingga tidak salah kemudian Messi yang selalu dianggap “pahlawan” tidak bermanfaat bagi timnya. Messi adalah Hero to zero.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H