Lalu pelajaran apa yang bisa kita tarik dari media sosial ?
Pertama. Harus diakui, media online/media sosial merupakan media alternatif yang ampuh untuk menggerakan sebuah perubahan sosial.
Perubahan sosial yang dilakukan secara konvensional kurang mampu bergerak cepat dan menjalar ke berbagai penjuru daerah. Organisasi politik, organisasi sosial lainnya kurang mendapatkan dukungan sehingga cara konvensional kurang menarik perhatian kelas menengah Indonesia.
Sehingga media sosial sudah menemukan ruang momentum yang baru. Dan daya ledak” nya sudah dirasakan berbagai kalangan.
Kedua. Tulisan di kompasiana “telah menunjukkan jati dirinya”. Sebagai sebuah blog keroyokan, tulisan kompasiana membicarakan berbagai issu. Mulai dari yang paling serius seperti tulisan mantan Kepala Staff Angkatan Udara, Chappy Hakim, tulisan intelijen dari Prayitno Ramelan ataupun tulisan “nyeleh” dari Pakde Kartono.
Segala aneka ragama peristiwa digambarkan dengan jernih oleh penulis kompasiana. Lengkap dengan photo, dokumen pendukung, catatan kaki. Namun tulisan tetap disajikan dengan renyah, ringan dan menggugah orang untuk terus membacanya.
Segala tema ditawarkan. Mulai dari cara menulis, membuat reportase, menjawab persoalan komputer, photografi hingga persoalan masak memasak.
Penulis masih ingat ketika kecelakaan “maut tugu tani”, analisis kecepatan mobil, suspensi, arah angin dibahas tuntas. Atau ketika Presiden PKS ditangkap, adanya cyber army yang ingin memperkeruh keadaan, justru “dihajar” apabila tidak dilengkapi dengan data-data. Sehingga penulis kemudian melihat penulis kompasiana “palsu” menyingkir dan tidak pernah lagi keluar tulisannya di kompasiana.
Atau mengenai adanya photo yang dicoba dikaitkan “mundurnya” Paus dan dianggap masuk Islam, dianalisis secara jernih para ahli photografi dan kemudian menyatakan photo itu tidak sesuai dengan tulisan yang disampaikan.
Atau masih ingat ketika adanya “tunjuk tangan” dari pengusaha kepada Presiden SBY. Dengan teknologi yang dipaparkan, ternyata Photo tersebut tidak sesuai dengan kalimat yang disampaikan.
Jadi jangan main-main menyampaikan berita apabila tidak sesuai dengan kenyataan. Langsung diserbu dan “biasanya” terbukti, para penulis kompasiana palsu hanya ingin “memperkeruh” keadaan.