Nama Adian “sempat” menghilang dari peredaran jagat politik. Publik kemudian disuguhkan berbagai dagelan partai yang “merasa reformasi'. Publik dipertontonkan berbagai adegan jungkir balik dari penumpang gelap reformasi. Panggung kemudian diisi anak dalang yang sibuk bicara reformasi namun terus melakukan kekerasan dan korupsi.
Namun Adian tidak “cengeng”. Tidak meratap dan menyesali. Adian sadar “panggung” sedang diisikan oleh pemain akrobat yang menumpang agenda reformasi.
Adian terus menyaksikan satu persatu teman-teman yang kemudian menjadi “aneh”. Menjadi pengurus partai namun disisi lain melakukan cara-cara bertentangan dengan semangat reformasi. Satu persatu menjadi tersangka kasus korupsi. Satu persatu kemudian “berbaris” memasuki barisan yang dahulu ditentangnya.
Adian bertahan “ditengah masyarakat'. Adian terus menerus menjaga “asa” perlawanan. Adian terus mempersiapkan diri menunggu momentum. Adian terus berhitung.
Sebagai 'singa lapangan” dan orator ulung, Adian harus menyiapkan panggung baru. Adian tidak mungkin mengisi panggung yang sudah dipersiapkan orang.
Dan panggung 2014 merupakan isyarat akan kedatangan Adian. Memasuki senayan dari Jawa Barat, Adian menyentak publik. Adian menguasai panggung “podium”. Panggung yang semula dipersiapkan bagi pemain-pemain kawakan. Adian sudah menghitung dan menguasai strategi menguasai panggung.
Adian masuk dari sudut “suara kaum muda”. Menertawakan persoalan rumit menjadi sederhana. Menertawakan politisi yang “gagap” berhadapan dengan gaya “nyeleneh”.
Sebagai Singa lapangan – panggung yang harus dipersiapkan Adian, Adian memasuki podium -panggung yang sudah dipersiapkan. Adian mudah memasuki panggung dan mudah menguasai podium.
Jawaban Adian “pengurus kuda yang baik” membuktikan Adian tetap konsisten dengan tema anti militer. Adian tidak berkompromi dengan agenda anti militer.
Adian merupakan “teropong” untuk selalu mengingatkan agar militer “pinggir” dari panggung politik. Adian merupakan “cermin” yang selalu mengingatkan kita akan “kebuasan” militer masa orde baru.
Adian berhasil memainkan dua panggung berbeda. Dari panggung “singa lapangan” menjadi “panggung podium”. Adian berhasil menjaga “asa” perlawanan melawan militer. Sebuah upaya panjang yang berhasil dirawat Adian bertahun-tahun.