Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adian Napitupulu

31 Mei 2014   20:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nama Adian “sempat” menghilang dari peredaran jagat politik. Publik kemudian disuguhkan berbagai dagelan partai yang “merasa reformasi'. Publik dipertontonkan berbagai adegan jungkir balik dari penumpang gelap reformasi. Panggung kemudian diisi anak dalang yang sibuk bicara reformasi namun terus melakukan kekerasan dan korupsi.

Namun Adian tidak “cengeng”. Tidak meratap dan menyesali. Adian sadar “panggung” sedang diisikan oleh pemain akrobat yang menumpang agenda reformasi.

Adian terus menyaksikan satu persatu teman-teman yang kemudian menjadi “aneh”. Menjadi pengurus partai namun disisi lain melakukan cara-cara bertentangan dengan semangat reformasi. Satu persatu menjadi tersangka kasus korupsi. Satu persatu kemudian “berbaris” memasuki barisan yang dahulu ditentangnya.

Adian bertahan “ditengah masyarakat'. Adian terus menerus menjaga “asa” perlawanan. Adian terus mempersiapkan diri menunggu momentum. Adian terus berhitung.

Sebagai 'singa lapangan” dan orator ulung, Adian harus menyiapkan panggung baru. Adian tidak mungkin mengisi panggung yang sudah dipersiapkan orang.

Dan panggung 2014 merupakan isyarat akan kedatangan Adian. Memasuki senayan dari Jawa Barat, Adian menyentak publik. Adian menguasai panggung “podium”. Panggung yang semula dipersiapkan bagi pemain-pemain kawakan. Adian sudah menghitung dan menguasai strategi menguasai panggung.

Adian masuk dari sudut “suara kaum muda”. Menertawakan persoalan rumit menjadi sederhana. Menertawakan politisi yang “gagap” berhadapan dengan gaya “nyeleneh”.

Sebagai Singa lapangan – panggung yang harus dipersiapkan Adian, Adian memasuki podium -panggung yang sudah dipersiapkan. Adian mudah memasuki panggung dan mudah menguasai podium.

Jawaban Adian “pengurus kuda yang baik” membuktikan Adian tetap konsisten dengan tema anti militer. Adian tidak berkompromi dengan agenda anti militer.

Adian merupakan “teropong” untuk selalu mengingatkan agar militer “pinggir” dari panggung politik. Adian merupakan “cermin” yang selalu mengingatkan kita akan “kebuasan” militer masa orde baru.

Adian berhasil memainkan dua panggung berbeda. Dari panggung “singa lapangan” menjadi “panggung podium”. Adian berhasil menjaga “asa” perlawanan melawan militer. Sebuah upaya panjang yang berhasil dirawat Adian bertahun-tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun