Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencari “Pemimpin

4 Juni 2014   15:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:25 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai sudah penetapan Capres/cawapres 2014. Usai sudah penetapan nomor urut Capres/Cawapres 2014. Tinggal kita “mempersiapkan” diri melihat kampanye yang dilakukan oleh para tim sukses.

Tentu saja banyak analisa tentang kemenangan Pilpres. Banyak prediksi, perkiraan siapa yang menjadi pemenang Pilpres. Banyak yang memberikan pendapat “siapa yang pantas” menjadi pemimpin di Republik Indonesia.

Namun untuk sementara lupakan. Kembali kita merenung diri. Kembali belajar arti seorang pemimpin.

Di daerah-daerah hulu Sungai Batanghari, pemimpin sering diibaratkan sebagai “Yang berhak untuk memutih menghitamkan Yang memakan habis, memancung putus, dipapan jangan berentak, diduri jangan menginjek.

Kata-kata “ Yang memakan habis, memancung putus” dimaknai sebagai “kata-kata pemimpin didalam mengambil keputusan dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya. Kata-katanya didengar dan merupakan solusi yang disampaikannya.

Kata-kata “dipapan jangan berentak, diduri jangan menginjek. Dimaknai sebagai “ketika setelah mengambil keputusan, maka keputusan yang telah dihasilkan tidak boleh disesali. Keputusan yang dilakukan harus dengna keyakinan yang terbaik untuk masyarakat.

Kata-kata “Disitu kusut diselesaikan. Disitu keruh dijernihkan. Disitu kesat sama diampelas. Disitu bongkol sama ditarah.

Seorang pemimpin dapat menjadi “muara” dari semua persoalan. Muara dari jawaban dari pertanyaan rakyat yang dipimpinnya. Tempat orang bertanya terhadap berbagai sengketa dan perselisihan yang terjadi di tengah masyarakat. Tempat mengadu berbagai persoalan dan muara dari jawaban persoalan itu sendiri.

Seorang pemimpin “didahulukan selangkah”. Dilebihkan sekata'

Seorang pemimpin harus diutamakan. Seorang pemimpin didepan menghadapi persoalan. Seorang pemimpin bersedia mengambil alih tanggung jawab dari berbagai persoalan.

Seorang pemimpin “dilebihkan sekata” melambangkan seorang pemimpin yang mempunyai wawasan yang luas. Bisa menjawab semua persoalan. Bisa menjelaskan “apa yang belum terpikirkan” masyarakat. Tempat orang “yang bisa menjelaskan dengan bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun