Sang Raja kemudian “menunda” pelantikan.
Sang Raja “harus” mendengarkan saran dari Sang Bijak istana.
Datang utusan dari negeri seberang. Yang mengabarkan “agar” sayembara dilakukan terbuka.
Hati Sang Raja semakin gundah. Namun Sang Raja tidak berdaya.
Maka diadakan kembali sayembara
Datanglah kabar dari negeri. Muncul Sang “putra bangsawan” yang pernah lari dari istana. Putra Bangsawan yang kabur dari negeri dan meminta perlindungan dari negeri tetangga.
Sang Raja pasti ingat. Putra Bangsawan keturunan ningrat “pernah” menguasai istana. Pernah mengawinkan Putri Raja terdahulu.
Putra bangsawan 'suaranya menggelar”. Apabila “berbicara” suaranya terdengar hingga istana.
Namun Sang Raja tidak berdaya. Putra Bangsawan mempunyai punggawa yang sakti. Jago ilmu kanuragan. Mempunyai pasukan yang “setia” dan berani mati.
Sang Raja “memikirkan” nasib kelangsungan kerajaan. Sang Raja tidak mempunyai pilihan. Sang Raja harus menerima kenyataan.
Namun belum hilang rasa kaget Sang Raja. Terbetik kabar dari negeri. Rakyat dialun-alun “menyodorkan” nama.