Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pilgub DKI: Yusril-Saefullah Pasangan Ideal

15 September 2016   07:32 Diperbarui: 15 September 2016   08:48 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi malam (14/8/2016) sekitar pukul 19.15 wib, saya menyaksikan di TV ONE wawancara Yusril Ihza Mahendra, bakal calon Gubernur DKI Jakarta  dan KH Said Agil Siradj, Ketua Umum PB NU, setelah Yusril melakukan kunjungan silaturrahim di kantor PB NU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Salah satu point yang disampaikan Yusril dalam wawancara TV ONE bahwa kunjungannya ke PB NU untuk meminta restu Saefullah, Ketua NU DKI Jakarta diizinkan untuk mendampinginya sebagai bakal calon Wakil Gubernur DKI Jakarta.

KH Said Agil Siradj seperti diberitakan TV ONE, memberi izin dan dukungan walaupun diakui tidak mudah mengalahkan petahana (Basuki T. Purnama).

Saling Melengkapi dan Punya Peluang Menang

Yusril dan Saefullah, harus diakui bahwa keduanya adakah putera terbaik Indonesia.  Yusril lahir dan besar di Belitung Timur - Sumatera,  satu kampung dengan Gubernur Ahok.  Setelah menamatkan pendidikan SMA di kampung halamannya, baru hijrah ke Jakarta, kemudian  melanjutkan pendidikan hukum dan filsafat di Universitas Indonesia.

Sementara Saefullah,  lahir dan besar serta menempuh pendidikan di Jakarta  dan berkarir di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau yang popular dengan sebutan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Yusril sejak mahasiswa sudah aktif di badan eksekutif mahasiswa UI, organisasi ekstra mahasiswa (HMI) dan banyak belajar politik ke para tokoh nasional seperti Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Kasman Singadimedjo, Osman Raliby, dan lain-lain. 

Setelah Yusril menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universiti Sains Malaysia (USM), dia memulai karir menjadi dosen di almamaternya Universitas Indonesia, kemudian menjadi staf khusus di Kementerian Sekretariat Negara (Sekneg).  Pada saat itu, dia banyak belajar politik dan mengurus negara kepada Pak Moerdiono (Mensekneg), Pak Saadillah (Menseskab) dan Pak Harto, Presiden RI.

Selama beberapa tahun lamanya, Yusril menjadi penulis pidato Presiden Soeharto. Bahkan menjelang lengsernya Pak Harto dari kekuasaannya, Yusril merupakan tokoh yang terlibat langsung dalam menyusun pidato Pak Harto untuk berhenti sebagai Presiden RI.

Lengsernya Pak Harto sebagai Presiden RI, tidak serta merta Yusril masuk kotak.  Pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Yusril dipercaya menjadi Menteri Kehakiman dan HAM, begitu pula ketika Presiden Megawati Soekarno Putri menjadi Presiden RI, Yusril tetap dipercaya menjadi Menteri Kehakiman dan HAM.

Pada saat SBY menjadi Presiden RI, Yusril diberi kepercayaan menjadi Menteri Sekretaris Negara.

Dengan demikian, Yusril memiliki pengalaman panjang dalam bidang pemerintahan dan politik di masa pemerintahan Presiden Soeharto maupun di masa Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarno Putri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Walaupun begitu, Yusril sebagai manusia biasa, tidak terlepas dari berbagai kekurangan. 

Oleh karena itu, dalam rangka Yusril maju sebagai calon Gubernur  DKI Jakarta, sangat tepat dan ideal dia berduet dengan Saefullah sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta.  

Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari Saefullah ideal berpasangan dengan Yusril.  Pertama, Yusril kaya dengan pengalaman dalam bidang politik dan pemerintahan, tetapi masih kurang dalam mengelola birokrasi.  Saefullah adalah ahlinya, birokrat tulen yang memulai karir dari bawah sebagai PNS/ASN.  Pernah memegang berbagai jabatan penting di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seperti Walikota Jakarta Pusat dan sekarang menjadi Sekretaris Wilayah Daerah Provinsi DKI Jakarta.  Jabatan tertinggi sebagai PNS/ASN di pemerintahan daerah.

Maka kelemahan Yusril dalam bidang biroktasi bisa ditutup oleh Saefullah yang memiliki  kepakaran dan pengalaman panjang dalam birokrasi.

Kedua, Saefullah adalah putera asli Betawi yang memiliki dukungan di masyarakat bawah dari semua penduduk DKI Jakarta karena pernah memegang jabatan di Provinsi DKI Jakarta seperti Walikota Jakarta Pusat, sehingga dikenal luas di masyarakat bawah sebagai pemilih terbanyak.  Ini juga melengkapi kekurangan Yusril sebagai pakar hukum tata negara yang banyak dikenal dikalangan warga DKI dan masyarakat Indonesia sebagai public figure. Apalagi Saefullah adalah Ketua NU DKI Jakarta. 

Ketiga, Saefullah berasal dari latar masyarakat yang dalam wacana antropologis disebut sebagai “kalangan tradisional” yaitu Nahdatul Ulama (NU).  Sementara Yusril dapat dikategorikan dari latar belakang “kalangan modernis”.  Walaupun dalam realitas sosial sudah sulit dibedakan, apalagi kedua tokoh tersebut memperoleh pendidikan akademik yang tinggi (Doktor), tetapi para pakar sosial masih sering membedakannya dilihat dari latar belakang sosial masing-masing.     

Sebagai sosiolog, saya yakin Yusril dan Saefullah adalah pasangan ideal untuk DKI Jakarta.   Pasangan ini bisa bersaing dengan pasangan petahana (incumbent) dan masing-masing mempunyai peluang yang sama untuk memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2017.

Allahu a’lam bisshawab

 

    

  

 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun