Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haji, Idul Adha, Qurban dan Kesalehan Sosial

12 September 2016   05:27 Diperbarui: 12 September 2016   07:25 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pelaksanaan penyembelihan qurban, berkaitan erat dengan peristiwa penyembelihan Ismail oleh ayahnya Ibrahim.   Disebutkan dalam Alqur’an, pada suatu malam, Nabi Ibrahim bermimpi, dia mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih Ismail, putera kesayangannya yang merupakan anak semata wayang.

Perintah Allah itu, kemudian Ibrahim menyampaikannya kepada Ismail, dan meminta pandangannya atas hal tersebut.  Tanpa di duga, Ismail berkata kepada ayahnya Ibrahim “Ya abati if’al maa tu’mar satajidunii insya Allah minassabiriin” (Hai bapaku, laksanakan yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan menemukan saya termasuk dari golongan orang-orang yang sabar).  

Tatkala Ibrahim akan menyembelih Ismail, Allah menggantikannya dengan seekor binatang (biri-biri).  Peristiwa dramatis itu diabadikan oleh Allah dengan perintah menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha sebagai simbol ketaatan, ketulusan, keberanian dan pengabdian yang paripurna kepada Allah.

Kesalehan Sosial

Ibadah haji, shalat Idul Adha dan penyembelihan qurban, merupakan refleksi dari kesalehan individual.  Penyembelihan qurban, walaupun memberi dampak sosial karena  kambing dan sapi  yang disembelih, dagingnya dibagikan kepada mereka miskin dan memerlukan, tetapi pada hakikatnya lebih sarat dengan muatan kesalehan individual.

Akan tetapi yang menyedihkan, mereka yang sudah menunaikan ibadah haji, selalu melaksanakan shalat Idul Adha dan melaksanakan ibadah qurban, kesalehan individualnya belum dilanjutkan dengan kesalehan sosial.

Kesalehan sosial menunjuk pada perilaku yang peduli kepada sesama.  Sejatinya mereka yang saleh secara individual berarti beriman dan bertaqwa kepada Allah.  Wujud dari keberimanan dan ketaqwaan kepada Allah otomatis akan merefleksikan kesalehan sosial, yaitu peduli kepada mereka yang miskin, bodoh dan terkebelakang.

Wujud dari itu, maka mereka akan selalu berpikir, berikhtiar dan berjuang untuk mengubah nasib mereka yang belum beruntung dalam hidupnya. 

Kesalehan sosial bisa diwujudkan dengan mengubah nasib orang-orang yang belum beruntung dan dapat dikatakan belum menikmati kemerdekaan.  Menurut saya, yang paling penting dan utama ialah dalam bidang pendidikan dengan menghimpun dana untuk menyediakan beasiswa yang cukup kepada anak-anak miskin untuk melanjutkan pendidikan di dalam dan luar negeri. 

Selain tiu, memberi kepakaran (keahlian) kepada para pemuda yang satu dan lain hal tidak bisa melanjutkan pendidikan.  Maka walaupun mereka tidak memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi untuk survive (Berjaya) dalam hidup, mereka mesti diberi kepakaran kerja dan bisnis.  

Wujud  lain dari kesalehan sosial, bisa dilakukan oleh mereka yang memegang kedudukan di pemerintahan dan parlemen, untuk terus berpikir dan membuat kebijakan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun