Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Universitas Ibnu Chaldun (UIC) 60 Tahun

11 Juni 2016   05:44 Diperbarui: 13 Juli 2016   21:54 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penonaktifan Universitas Ibnu Chaldun sebanyak dua kali,  merupakan masa yang paling berat dan sulit. 

Pertama,  tidak mendapat layanan dari Kopertis selama terjadi penonaktifan.  Akibatnya mahasiswa UIC tidak tercantum dalam Forlap Dikti. Dampaknya banyak mahasiswa yang minggat atau berhenti kuliah di Universitas Ibnu Chaldun.

Kedua, tidak mendapat bantuan apapun dari pemerintah. Dana hibah, beasiswa, dan bantuan apapun tidak ada.

Ketiga, mahasiswa yang kuliah di Universitas Ibnu Chaldun menurun luar biasa jumlahnya.

Keempat, Universitas Ibnu Chaldun mengalami masalah dalam akreditasi, karena selama masa  penonaktifan tidak mendapat layanan dari Kopertis.

Kelima, kepercayaan publik menurun drastis terhadap Universitas Ibnu Chaldun.

Oleh karena itu, saat Kementerian Ristek Dikti RI menonaktifkan Universitas Ibnu Chaldun yang kedua kali bersama 243 Perguruan Tinggi Swasta (PTS), dalam rapat bersama dengan Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun (YPPIC) saya ngotot luar biasa supaya kebijakan pemerintah menonaktifkan UIC dilawan dengan demo besar-besaran yang disertai penggalangan dukungan dari media.

Alhamdulillah Universitas Ibnu Chaldun merupakan satu-satunya PTS yang segera diaktifkan, karena konflik yang dijadikan alasan untuk menonaktifkan UIC, sama sekali tidak tepat dan tidak berdasar.   

Akibat kebijakan pemerintah terhadap UIC, maka lembaga ini menghadapi tantangan berat seperti masalah sumber daya karyawan yang terbatas kualitas dan kuantitasnya, honor dosen dan karyawan tidak memadai, jumlah mahasiswa tidak signifikan, masalah akreditasi dan sebagainya.     

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak bisa dengan menggunakan manajemen “birokrasi” yang konvensional, lamban, tidak progresif, tidak fokus, tidak dinamis,  dan tidak berani mengambil resiko. 

Semua masalah harus diatasi dengan cepat dan tepat, tidak boleh menunda pekerjaan hari ini sampai besok (laa tuakhir ‘amal yaumi ilal ghadi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun