Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno, Serta Implikasinya ke PKS

9 April 2016   15:13 Diperbarui: 10 April 2016   12:06 3677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: aktualpost.com"][/caption]Partai Keadilan Sosial (PKS) telah memecat kedua kader terbaiknya yaitu Fahri Hamzah (FH) dan Gamari Sutrisno (GS) dengan berbagai alasan yang sudah dikemukakan ke publik. 

Fahri Hamzah saya sebut sebagai kader terbaik PKS. Pertama, pendiri PK dan PKS dan berjuang dari awal berdirinya partai dakwah bersama para kader lainnya untuk membesarkan PKS.

Kedua, telah menduduki berbagai posisi penting di DPR selama menjadi anggota DPR RI, terakhir sebelum di pecat menjadi Wakil Ketua DPR RI.

Ketiga, sebagai kader PKS dan anggota DPR telah menulis dan menerbitkan berbagai buku sebagai cara untuk mempromosikan PKS dan dirinya.

Keempat, Fahri Hamzah bersama Anis Matta dan para kader PKS berada di garda terdepan untuk menyelamatkan PKS dari kehancuran karena dihujat oleh publik, pada saat Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq (LHI) ditangkap KPK dan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan korupsi.

Kelima,Fahri Hamzah terpilih menjadi anggota DPR dari Daerah Pemilihan NTB sejak tahun 2004 selama tiga kali pemilihan umum tanpa terputus. Pada pemilu 2014, FH menjadi anggota DPR dari PKS yang terbesar perolehan suaranya.

Begitu pula Dr. Gamari Surisno, yang meraih gelar Ph.D dari Cornell University Amerika Serikat, mulai aktif di PKS melalui pengajian PKS di Kemang sekitar tahun 2007 yang diasuh Ustaz Anis Matta (mantan Presiden PKS) dan Ustaz Suswono (mantan Menteri Pertanian RI).

Pada pemilihan umum legislatif tahun 2009, Gamari Sutrisno di-endorse oleh Anis Matta menjadi calon anggota DPR dari kampung halamannya di Blora Jawa Tengah, dengan Daerah Pemilihan Jateng lll. Tujuannya untuk merebut satu kursi di DPR RI dari daerah “merah” yang secara historis selalu dikuasai para kader PDI Perjuangan.

Maka saya bisa katakan bahwa secara sosiologis, terpilihnya Gamari Sutrisno menjadi anggota DPR tahun 2009 maupun 2014 di Dapil Jateng lll bukan karena kehebatan kader PKS di daerah pemilihan tersebut, tetapi ketokohan Pak Gamari sebagai putra daerah yang sudah lama berinvestasi kebaikan di kampung halamannya.

Menurut informasi, para kader PKS di akar rumput (grass roots) di Dapil Jateng III tidak begitu “happy” dengan Pak Gamari. Pertama, kader inti PKS, mereka inginkan yang terpilih menjadi wakil mereka di DPR RI, karena sudah lama berjuang dan sudah banyak berkorban, tetapi selalu tidak terpilih dalam setiap pemilu legislatif. Akan tetapi, mereka tidak bisa melakukan move ke DPP PKS karena GS adalah sohibnya Anis Matta. Lengsernya Anis Matta menjadi momentum untuk melengserkan Gamari Sutrisno dari DPR RI.

Kedua, para kader PKS di grass roots, mereka maunya setiap bantuan ke konstituen (rakyat) dari GS harus melalui mereka, tidak boleh langsung ke rakyat. Tetapi GS langsung ke rakyat, walaupun selalu melibatkan para kader PKS. Alasan GS, kader PKS tidak bisa penetrasi ke kaum abangan, yang menjadi konstituennya dalam pemilu.

Merugikan PKS
Pemilih PKS dalam setiap pemilihan umum, mayoritas adalah masyarakat urban perkotaan yang sangat sensitif, dan peka terhadap isu-isu keadilan, demokrasi, dan HAM. Selain itu, cukup rasional, kecuali beberapa daerah seperti daerah pemilihan GS di jateng III.

Maka secara sosiologis, pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno dari PKS, akan menimbulkan banyak mudarat bagi PKS.

Pertama, publik akan terusik rasa keadilannya atas pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno, karena mereka tidak pernah diberi peringatan bersalah dengan peringatan 1, 2. 3 oleh Fraksi PKS sebagai lembaga formal yang menaungi mereka di DPR RI. Begitu pula, PKS sebagai partai politik tidak pernah kita dengar ada peringatan tertulis 1. 2. 3 yang bisa menjadi alat bukti hukum di pengadilan.

Kalaupun benar Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno melakukan kesalahan berat dan harus dipecat dari PKS dan DPR RI, publik akan menilai tidak adil hukuman yang ditimpakan kepada mereka. Luthfi Hasan Ishaq, mantan Presiden PKS yang sekarang sedang menjalani hukuman penjara di Sukamiskin Bandung, dengan vonis melakukan tindak pidana korupsi, tidak dipecat dari PKS. Padahal perbuatannya merusak nama baik PKS, dan PKS nyaris bubar akibat perbuatannya.

Kedua, publik akan menilai PKS tidak professional. Pada hal jargonnya “professional”. Sejatinya masalah Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno dipecahkan dengan semangat ukhuwah dan musyawarah. Pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno, cepat atau lambat akan dinilai publik bahwa PKS tidak mempunyai kemampuan mengelola “kader” sebagai potensi untuk membesarkan dan memajukan PKS. Analoginya, kalau kader PKS saja tidak bisa dikelola dan pemecahannya dengan "pemecatan" dari PKS, apalagi masyarakat Indonesia yang heterogen dan susah diatur, bagaimana kalau PKS diberi kepercayaan memimpin negara. 

Ketiga, PKS sebagai partai kader dirusak dari dalam melalui pemecatan kedua kader terbaiknya. Mereka yang dipecat akan melakukan perlawanan. Dalam perlawanan, segala kelemagan PKS akan dibuka ke publik dan lawan politik akan memanfaatkan kasus pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno untuk mengail di air keruh untuk merusak citra PKS.

Keempat, PKS akan kehilangan momentum untuk melakukan konsolidasi menghadapi Pemilukada 2017 dan pemilu legislatif 2019 karena sibuk mengurus dampak negatif dari pemecatan FH dan GS.

Kelima, Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno akan melakukan perlawanan semesta. Mereka akan menggalang kekuatan dan dukungan untuk melawan petinggi PKS. 

Perlawanan FH dan GS yang akan dilakukan adalah melalui Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan MA. Selain itu, menggalang opini publik dengan menggunakan media sosial, media cetak, media online dan media elektronik. Dampak negatifnya, citra PKS akan tergerus di mata publik, dan dalam pemilu legislatif 2019, PKS berpotensi kehilangan dukungan publik secara signifikan.

Semoga analisis sosiologis yang saya kemukakan di atas tidak menimpa PKS, yang selalu saya bela dalam berbagai kesempatan.

Allahu a’lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun