Dalam politik, tidak ada teman maupun lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan. Kalimat tersebut pantas dikemukakan untuk menggambarkan posisi Setya Novanto yang tengah menghadapi masalah di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) setelah dilaporkan Sudirman Said, Menteri ESDM, atas dugaan mencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres JK dalam rangka meminta saham ke PT Freeport Indonesia.
Kepentingan bersama untuk memenangkan pertarungan dalam melawan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) telah menjadi pemersatu Koalisi Merah Putih untuk bersepakat mendukung Setya Novanto yang dicalonkan Partai Golkar untuk menjadi Ketua DPR RI.
Untuk memenangkan pertarungan, semua kader partai Golkar bersatu, dan partai-partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) kompak dan bersatu mendukung pencalonan Setya Novanto dan akhirnya terpilih menjadi Ketua DPR RI.
Pertanyaannya, apakah Partai Golkar dan partai-partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih akan tetap kompak dan bersatu mendukung dan membela habis-habisan Setya Novanto dalam persidangan di MKD walaupun bersalah?
Akan Memihak ke Rakyat
Tidak ada partai politik yang mau konyol membela Setya Novanto dalam persidangan di MKD, kalau persidangan terbuka dan disiarkan langsung TV, diliput oleh media cetak dan media online, karena setiap anggota dewan dari partai-partai politik yang tergabung dalam KMP maupun partai-partai politik pendukung pemerintah, akan menjadikan persidangan di MKD sebagai investasi politik 2019 dan panggung politik dalam rangka membangun citra partainya dan dirinya ketika menyampaikan pendapat dalam sidang di MKD.
Tidak akan ada partai politik termasuk partai Golkar yang akan secara terang-terangan dan mati-matian mendukung dan membela Setya Novanto yang sekarang ini mayoritas publik telah menyerukan supaya Setya Novanto mundur sebagai Ketua DPR atau dipecat oleh MKD.
Partai Golkar, jargonnya suara Golkar suara rakyat atau suara rakyat suara Golkar. Dengan jargon semacam itu, maka partai Golkar pada akhirnya akan memihak kepada suara mayoritas rakyat.
Sebagai orang yang pernah di partai Golkar dan bahkan pernah menjadi Anggota DPR RI dari Golkar, menyadari posisi sulit yang dihadapi partai Golkar dalam kasus Setya Novanto.
Walaupun begitu, partai Golkar pada akhirnya akan legowo dan tidak akan membela habis-habisan kadernya yang kredibilitasnya dan citranya sudah habis dimata publik.
Sekarang ini, para tokoh masyarakat dan LSM sudah mengeluarkan petisi pecat ketua DPR RI. Petisi ini akan semakin kencang disuarakan dan media akan memberitakan besar-besaran pada saat sidang Mahkamah Kehormatan Dewan untuk mengadili Setya Novanto.
Kuatnya desakan masyarakat, akan muncul desakan kuat dari internal partai Golkar, yang kita kenal memiliki banyak kader potensial yang siap menggantikan Setya Novanto sebagai ketua DPR RI.
Berdasarkan pengalaman saya di partai Golkar, saya memastikan bahwa partai Golkar demi pertimbangan strategis dan taktis, akan legowo dan tidak akan menggadaikan masa depan partai demi mempertahankan Setya Novanto.
Wajar saja kalau Setya Novanto berjuang keras mempertahankan posisi sebagai ketua DPR, tetapi kuatnya desakan publik, partai Golkar sulit membendung aspirasi masyarakat yang bagaikan air bah yang menerjang melalui petisi pecat Setya Novanto.
Kalau sudah demikian, maka diperkirakan dukungan partai-partai politik yang tergabung dalam KMP, tidak akan solid dan akan habis karena akhirnya kepentingan masing-masing partai akan didahulukan, dan tidak akan mau dihujat publik karena membela dan mendukung Setya Novanto.
Berdasarkan hal-hal diatas, sebagai teman, saya menyarankan sebelum dimundurkan atau dipecat, sebaiknya mundur lebih dahulu. Lebih cepat lebih baik.
Allahu a’lam bisshawab
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI