Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Musni Umar: BKKBN Mengapa Gagal

13 April 2015   10:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kepoendudukan dan Pembangunan Keluarga, setidaknya mempunyai dua tugas besar. Pertama, pengendalian kuantitas penduduk, yang mencakup 1) jumlah, struktur, dan komposisi penduduk, 2) pertumbuhan penduduk, 3) persebaran penduduk.

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui (1) pengendalian kelahiran, (2) penurunan angka kematian, (3) pengarahan mobilitas penduduk.

Keluarga Berencana (KB) merupakan instrumen untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk sehingga seimbang, dan berkualitas.

Kedua, pengembangan kualitas penduduk. BKKBN sebagai lembaga non kementerian diberi pula tugas untuk mengembangkan kualitas penduduk dengan mewujudkan kondisi perbandingan yang serasi, selaras, dan seimbang, antara perkembangan kependudukan dengan lingkungan hidup yang meliputi daya dukung alam, maupun daya tampung lingkungan.

Kegagalan dan Konsekuensinya

BKKBN yang diamanati undang-undang untuk mengendalikan kuantitas penduduk dan mengembangkan kualitas penduduk, suka tidak suka dan mau tidak mau harus diakui gagal mewujudkan dua hal tersebut.

Bukti pertama, pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun masih 1,49 persen. Artinya, BKKBN gagal melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya untuk menurunkan pertumbuhan penduduk sesuai target yang dicanang yaitu 1,3 persen.

Bukti kedua, tidak melakukan pengembangan kualitas penduduk. Kalaupun dilakukan tidak ada bukti bahwa BKKBN telah berperan meningkatkan kualitas penduduk Indonesia.

Kegagalan ini semakin memberi beban yang berat kepada pemerintah. Pertama, dalam menyediakan sarana dan prasana pendidikan karena setiap tahun penduduk bertambah sekitar 4,5 juta jiwa, yang berarti harus menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang terus bertambah besar kuantitasnya setiap tahun.

Kedua, menyediakan lapangan kerja. Pemerintah harus menyediakan lapangan pekerjaan kepada penduduk bukan lagi sebesar 2,5 juta orang, tetapi sekitar 4 juta jiwa sehubungan terus bertambah besarnya pertumbuhan penduduk Indonesia. Ini pekerjaan yang luar biasa besar dan musykil diemban dengan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 6 persen.

Ketiga, penyediaan pangan dan papan. Pemerintah harus menyediakan pangan dan papan dalam jumlah yang besar , sebagai konsekuensi terus bertambah besarnya jumlah penduduk, sehingga menguras APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Keempat, penyediaan kesehatan. Sebagai konsekuensi terus bertambah besarnya jumlah penduduk, pemerintah harus pula menyediakan anggaran yang besar untuk belanja kesehatan.

Cara Mengatasi

Untuk mengatasi kegagalan, BKKBN harus melakukan lima hal. Pertama, BKKBN harus mengetahui permasalahan utama yang dihadapi dalam bidang kependudukan dan keluarga berencana. Menurut saya, permasalahan utama yang dihadapi ialah pertumbuhan penduduk yang besar dan kualitas penduduk yang rendah.

Kedua, menetapkan visi sebagai mimpi besar untuk memecahkan permasalahan utama yang dihadapi.

Ketiga, menetapkan misi dan program aksi sebagai upaya nyata untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam program aksi, hendaknya pemecahan pertumbuhan penduduk terukur tingkat keberhasilannya. Begitu juga, pengembangan kualitas penduduk, harus bisa diukur dan disaksikan tingkat keberhasilannya.

Keempat, pemecahan masalah harus fokus, misalnya penurunan pertumbuhan penduduk dan daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi. Begitu juga pengembangan kualitas penduduk harus fokus dan disasar pada masyarakat miskin yang selama ini kurang dipedulikan.

Kelima, pemecahan masalah kependudukan dan keluarga berencana harus berkelanjutan, fokus, dan melibatkan partisipasi yang luas dikalangan masyarakat.

Selain itu, pemerintah pusat dan daerah harus mendukung dan bergotong royong mewujudkan penurunan pertumbuhan penduduk 1 persen pertahun dan pengembangan kualitas penduduk dengan mewujudkan 1 keluarga miskin 1 sarjana.

Allahu a’lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun