Keempat, diduga untuk meningkatkan elektabiltas (keterpilihan) seorang calon. Ketika media memberitakan hasil penelitain, maka diharapkan parapemilih yang belum menentukan mau memilih siapa (swing voters), dapat terpengaruh dengan hasil survei tersebut.
Kelima, hasil survei banyak yang salah seperti pemilukada DKI Jakarta, semua penelitian menyebutkan bahwa Fauzi Bowo akan memenangkan pemilukada DKI Jakarta, tetapi hasilnya putaran pertama dan kedua dimenangkan Jokowi-Ahok.
Selain itu, pemilu legislatif 2014, tidak ada satupun hasil penelitian yang menyebutkan bahwa partai-partai politik Islam atau yang berbasis massa Islam memiliki masa depan, bahkan disebutkan akan terlempar dari parlemen (DPR) RI karena perolehan suara mereka dalam pemilu legislatif dibawah 3,5 persen. Hasilnya salah semua, partai-partai politik Islam atau yang berbasis massa Islam masih eksis dan bahkan meningkat perolehan suara mereka dalam pemilu legislatif 2014, kecuali PKS yang mengalami penurunan sedikit dan PBB yang gagal masuk ke DPR RI.
Oleh karena itu, dalam menghadapi pemilihan Presiden RI 9 Juli 2014, berbagai hasil survei pilpres 2014, tidak usah dipercaya sepenuhnya.  Menurut saya, setiap rakyat Indonesia (terutama yang berpendidikan) bisa melakukan survei dengan banyak berbincang berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat.
Dari hasil perbincangan itu, kita bisa mengetahui apa maunya sebagian besar rakyat Indonesia, mau memilih siapa dalam pilpres, sehingga kita terhindar dari tipuan para survei bayaran.
Wallahu a'lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H