Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Iedul Fitri, Mudik dan Salam Tiga Jari

27 Juli 2014   12:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iedul Fitri 1 Syawal 1435 H yang bertepatan 28 Juli 2014, insya Allah akan dirayakan seluruh umat Islam di manapun berada. Dalam rangka menyambut Iedul Fitri, saya menurunkan tulisan yang bertajuk "Idel Fitri, Mudik dan Salam Tiga Jari".

Iedul Fitri adalah hari raya bagi umat Islam, yang selalu dirayakan setiap tahun setelah menjalankan ibadah puasa ramadna satu bulan lamanya.


Ied diambil dari kosa kata ‘aada yauudu yang artinya kembali. Sedang fitri diambil dari kosa kata fatara yafturu, yang artinya berbuka lawan daripada puasa. Juga bermakna makan pagi.


Jadi makna sebenarnya dari Iedul Fitri ialah kembali berbuka sesudah puasa di bulan ramadhan sebulan lamanya.


Iedul Fitri dirayakan secara meriah di Indonesia, diantaranya dengan “mudik”.


Mudik dan Implikasinya


Mudik telah menjadi fenomena sosial dan keagamaan. Mudik bermakna pulang kampung asal.

Fenomena mudik telah menjadi peristiwa budaya yang setiap tahun selalu terulang. Ia telah memberi implikasi sosial, ekonomi, agama dan budaya.


Pertama, dari aspek sosial, mudik telah menciptakan integrasi sosial diantara sesama keluarga, tetangga dan sekampung asal. Melalui mudik, tradisi silaturrahim antara keluarga, tetangga, dan warga dalam satu kampung dapat dipertahankan dan dilestarikan.


Kedua, dari aspek ekonomi, mudik telah memberi manfaat ekonomi yang besar bagi kampung atau desa. Karena melalui mudik, para perantau membelanjakan uang yang diperoleh dirantauan dengan membeli berbagai keperluan sewaktu berada di kampung halaman.


Oleh karena itu, mudiknya para perantau pada saat Iedul Fitri, membuat ekonomi di desa menggeliat. Hal itu memberi implikasi pada pemerataan ekonomi, mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan menciptakan “keadilan sosial ekonomi”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun