Sebagai sosiolog, yang menjadi penyambung lidah masyarakat, tidak ingin mendukung dan menyalahkan kedua gajah di DKI Jakarta yang sedang berkelahi.
Saya hanya ingin menyampaikan pandangan dari mayoritas warga DKI Jakarta tentang konflik DPRD DKI Vs Gubernur Ahok. Pertama, mayoritas warga DKI Jakarta tidak “happy”, karena pembangunan di DKI Jakarta pasti tidak akan maksimal dilaksanakan.
Kedua, memberikan contoh yang buruk dalam pengamalan demokrasi. Sejatinya DPRD DKI dan Gubernur Ahok kompak dan bersinergi dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan di DKI Jakarta.
Ketiga, DPRD DKI dan Gubernur Ahok, sebaiknya menahan diri - tidak saling menyerang dan semakin memperkeruh keadaan karena mayoritas warga DKI Jakarta, masih hidup susah. Apalagi akhir-akhir ini harga sembako melambaung harganya. Kalau konflik, maka agenda menyejahtrerakan rakyat akan berbengkalai.
Keempat, perbedaan antara DPRD DKI dengan Gubernur Ahok pasti ada, tetapi yang harus ditonjolkan adalah persamaan yang pasti lebih banyak ketimbang perbedaan.
Persamaan yang mutlak dikedepankan adalah mewujudkan tujuan Indonesia merdeka yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kelima, pentingnya mengutamakan dialog, meredam emosi dan menumbuhkan saling mempercayai antara seluruh pimpinan dan anggota DPRD DKI dengan Gubernur Ahok, Wakil Gubernur dan seluruh jajarannya. Kalau ada masalah, sebaiknya dikomunikasikan dengan baik, jangan diluapkan ke publik melalui media karena akan semakin menimbulkan ketegangan dan perseteruan.
Allahu a’lam bisshawab