Dealova, dalam kondisi tertentu lagu ini justru amat menyedihkan, terutama saat sang lagu tersisa sebagai satu-satunya harapan untuk mengembalikan keutuhan cinta seorang isteri, saat di mana pada waktu yang sama kau justru acap diberitahukan oleh bukti bahwa sekejap saja kau tidak di rumah, sang isteri henti-tak henti mengirim SMS kepada seorang lelaki lain. Lalu kau pun bertanya dengan putus asa, apa mungkin Dealova bisa sekeramat do’a.
Lelaki itu kelihatan tegar sekali meski sedikit shock ketika mengetahui aku sudah kembali lagi ke isteriku, karena menurut isteriku padanya aku sudah pergi jauh dan tak mungkin kembali lagi; kalau pun kembali, itu hanya untuk membereskan perceraian kami.
Namun begitu dia tetap menjalani keseharian dengan penuh percaya diri. Sebagai seorang duda yang sudah lama ditinggal pergi isterinya, kurasa dia sangat bangga mendapat cinta seperti cinta yang diberikan isteriku.
Aku masih dapat membayangkan saat-saat sebelum semuanya menjadi begini. Hingga saat itu usia kebangkrutanku sudah berjalan tiga tahun. Selama itu aku sering berpergian, baik karena dikejar hutang maupun karena keresahan akibat kebangkrutan itu sendiri. Saat itulah cintanya diam-diam berpaling ke hati yang lain.
Katanya, dia muak hidup dengan lelaki miskin.
“Padahal orang lain juga banyak yang hidup miskin seperti kita.”
“Tidak ada cerita.”
“Padahal tetangga kita dulunya juga pernah bangkrut seperti kita, tapi mereka bersabar, dan, lihatlah, sekarang mereka sudah berjaya lagi.”
“Berhenti saja mencari-cari perbandingan.”
“Kenapa tidak berusaha untuk bersabar beberapa saat lagi, mitra-mitra usahaku dulu mulai menaruh perhatian. Kelak berkat bantuan mereka aku akan bisa bangkit lagi.”
“Sudah, sudah!”