Fenomena ini menunjukkan bahwa demokrasi kita sering kali hanya menjadi formalitas belaka. Meski rakyat memiliki hak untuk memilih, pilihan mereka sering kali tidak didasarkan pada informasi yang cukup atau kebijakan yang realistis, melainkan pada janji-janji palsu dan pencitraan. Di sisi lain, kebijakan yang diambil setelah pemilu hampir selalu lebih mengutamakan kepentingan segelintir elit ekonomi.
Sistem seperti ini pada akhirnya mengkhianati semangat demokrasi itu sendiri. Demokrasi sejatinya adalah sistem yang menjamin partisipasi, keadilan, dan kesetaraan. Namun, ketika politik menjadi arena barter suara dengan janji palsu dan kebijakan dengan modal, maka demokrasi berubah menjadi alat pelestarian oligarki.
Apa Solusinya?
Untuk mengubah arah politik kita, diperlukan perubahan mendasar dalam cara berpolitik dan bernegara. Pertama, perlu ada penegakan hukum yang tegas terhadap praktik politik uang, baik yang dilakukan oleh politisi maupun oleh para pemodal. Kedua, edukasi politik kepada masyarakat harus ditingkatkan, sehingga rakyat dapat memilih berdasarkan program dan gagasan, bukan sekadar janji manis atau uang tunai.
Ketiga, pembiayaan partai politik harus lebih transparan dan diawasi dengan ketat. Negara dapat berperan lebih besar dalam memberikan subsidi kepada partai politik, dengan syarat ada audit berkala yang ketat. Dengan begitu, ketergantungan kepada pemodal dapat dikurangi.
Akhirnya, perlu ada keberanian dari para pemimpin politik untuk mengembalikan politik ke jalurnya sebagai alat perjuangan demi keadilan dan kesejahteraan rakyat. Tanpa itu semua, politik kita akan terus menjadi ajang pencitraan dan eksploitasi, sementara rakyat kecil tetap menderita dan segelintir orang kaya terus berkuasa.
Kesimpulan
Politik yang hanya mencari suara di orang miskin dan dana di orang kaya adalah wajah buram demokrasi kita. Ini bukan sekadar masalah moral, tetapi ancaman serius terhadap masa depan bangsa. Kita membutuhkan perubahan besar, bukan hanya di level kebijakan, tetapi juga dalam cara kita memandang dan menjalankan politik. Jika tidak, politik akan tetap menjadi permainan elit, dan rakyat kecil hanya menjadi penonton yang sesekali diberi "permen" janji manis.
Pemerhati PolitikÂ
Ahd Zulfikri Nasution
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H