Zulva dengan cepat berusaha menjelaskan, "Kami pengelana yang tersesat. Kami ingin belajar tentang Majapahit."
Prajurit itu mengangguk dan membawa mereka ke keraton. Di sana, mereka diperkenalkan kepada seorang lelaki gagah dengan mahkota emas di kepalanya. Ia adalah Raja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit.
---
Pelajaran dari Sang Raja
Di hadapan raja, Zulva dan Akhtar bercerita tentang keinginan mereka mempelajari kebesaran Majapahit. Raja Hayam Wuruk tersenyum bijak. "Kalian anak-anak yang bersemangat. Aku akan mengizinkan kalian tinggal beberapa hari di keraton untuk belajar. Tapi ingat, setiap ilmu yang kalian dapatkan harus kalian bawa kembali ke zaman kalian dan manfaatkan dengan bijaksana."
Hari-hari mereka di Majapahit penuh pengalaman berharga. Mereka belajar dari para menteri tentang strategi politik, melihat bagaimana Gajah Mada mengatur armada laut yang kuat, dan mempelajari seni membatik serta gamelan. Akhtar sangat terkesan dengan semangat persatuan di bawah Sumpah Palapa yang dicanangkan Gajah Mada.
"Aku ingin menjadi pemimpin yang bisa menyatukan banyak orang seperti Gajah Mada," ujar Akhtar suatu malam. Zulva hanya tersenyum, bangga dengan adiknya.
Zulva, di sisi lain, terpikat oleh para perempuan Majapahit yang terampil menenun dan membatik. Ia bertekad membawa seni itu ke zamannya agar tidak hilang ditelan waktu.
---
Kembali ke Masa Modern
Ketika waktu mereka di Majapahit habis, Raja Hayam Wuruk memanggil mereka kembali ke keraton. "Kalian harus kembali ke zaman kalian. Majapahit memang besar, tetapi masa depan menanti kalian untuk membawa ilmu ini menjadi lebih bermakna."