Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ayam Pengemis, Legenda Kuliner Khas Hangzhou

19 Januari 2017   15:38 Diperbarui: 19 Januari 2017   21:49 2773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini ni bentuk ayam pengemis (foto dindin)

Lain lubuk lain belalang, lain daerah lain penganan khasnya. Jika di Huangsan saya bisa mencicipi unik lezatnya chou dofu atau tahu busuk, di Hangzhou saya berkesempatan menikmati uniknya kuliner ayam pengemis.

Hangzhou Terletak di Provinsi Zhejiang,Tiongkok Timur  sekira 179 km barat daya Shanghai. Hangzhou juga terkenal karena  iklimnya yang sejuk, nyaman dan  pemandangannya juga bagus. Konon ada pepatah Tiongkok yang menyatakan, Jika di atas adalah surga, maka di bawah adalah Hangzhou dan Suzhou.  Bahkan dahulu pelaut Marco Polo yang   sempat singgah di kota ini  mengatakan,  bahwa Hangzhou adalah kota yang paling indah di dunia.  

Selain terkenal sebagai penghasil  sutera  terbesar di Tiongkok, Hangzhou juga memiliki banyak destinasi menarik yang sayang dilewatkan seperti Danau  Barat Xi Hu, Pagoda Leifeng,  Kuil Lingyin, Longjingshan Cultural  Tea Village, dan masih banyak lagi.

Kota Hangzhou memang memiliki sejarah panjang tentang pengolahan teh. Menurut banyak catatan, masyarakat kota ini sudah sejak seribu tahun yang lalu telah membudidayakan dan mengolah teh menjadi minuman seperti sekarang ini.  

Ayam Pengemis

Nah saat mengunjungi Longjingshan Cultural  Tea Village saya dan rombongan mampir ke resto klasik  yang unik. Seperti biasa, selama di Tiongkok kami  selalu makan bersama dalam satu meja. Saya sampai hapal runtutannya. Pramusaji biasanya akan mengeluarkan minuman terlebih dahulu, kemudian disusul nasi, sayur, dan lauk pauknya.

Menu yang disajikan hampir selalu sama; nasi, sayur brokoli, sawi putih, jamur, bebek panggang, dan beberapa masakan lain.

“Di resto ini ada menu khas yang tidak ada di tempat lain. Lihat saja nanti” Ahsan tour guide kami menjelaskan.

Kami semua penasaran. Sepertinya semua pesanan sudah ada di atas meja. Namun Ahsan meminta kami untuk menunggu. Dan sejurus kemudian  sang pramusaji   membawa nampan terakhirnya.

“Nah, ini dia. Ini yang dinamakan ayam pengemis. Rasanya lezat sekali” Ahsan meyakinkan.  

Saya mengamati bungkusan yang terhidang. Hmm.. baunya cukup menggoda.

“Buka saja” pinta Ahsan

Saya bergegas membuka bungkusan yang berisi ayam tersebut. Bentuknya mirip seperti ayam ungkep atau rasulan di Jawa. Hanya beda  cara memasaknya. Menurut Ahsan cara memasak ayam pengemis yakni  ayam  direndam dalam aneka bumbu,  kemudian dibungkus dengan plastik agar kuah tetap terjaga, lalu dibungkus dengan daun teratai,  terakhir  dibungkus dengan alumunium foil. Setelah itu, ayam  dipanggang selama beberapa jam, agar bumbu-bumbunya meresap hingga ke lapisan terdalam daging. Disamping itu  juga agar tekstur  tulangnya lembut dan  lunak seperti dipresto.

Asal mula ayam pengemis   konon dulu di Hangzhou, ada seorang pengemis yang karena lapar mencuri ayam milik penduduk.  Ia berniat memasak ayam curian tersebut tetapi tidak punya kuwali. Karena takut ketahuan akhirnya ayam dibungkus pakai daun teratai, kemudian dilumuri tanah liat dan dibakar.

Tidak disangka ternyata rasanya sangat lezat. Dan  konon harum aromanya masakannya   tercium sampai kemana-mana. Syahdan lewat seorang pemilik rumah makan terkenal di Hangzhou. Sang pengemis kemudian diminta menjadi koki di rumah makan tersebut. Sejak disajikan menu ayam olahan sang pengemis , rumah makan  itu menjadi ramai dikunjungi pembeli. Versi lain, ia diangkat kaisar menjadi juru masak istana. Mana yang betul, saya tidak tahu.

Tapi jujur  soal rasa, kemasyhuran lezatnya  ayam pengemis hanya legenda. Menurut saya jauh lebih dahsyat lezatnya   pecel lele dan ayam goreng Lamongan yang bisa kita dapatkan dengan mudah di pinggir-pinggir jalan, takperlu jauh-jauh ke Hangzhou. Hehe. (Muslihudin el Hasanudin).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun