Beberapa jurus kemudian kami sudah berada di dalam mobil. Delapan orang bule dan empat penumpang domestik. Semua jurusan Bali.
Ternyata mobil travel tidak langsung menuju Bali tetapi harus ke kantor biro travel tidak jauh dari bandara. Alex salah seorang bule yang tadi sempat berkenalan dengan saya agak gusar.
“What going on. Why not direct to Bali?”
Sepertinya dia menangkap ada yang tidak beres. Bahkan ia bertanya kepada saya apa mobil ini bukan mobil penjahat. Kemudian saya meyakinkan bahwa ini benar sebuah travel. Ini hanya transit sesaat untuk mengambil penumpang lain, membayar tiket, dan mengganti sopir. Mereka kemudian paham. Saat mobil meninggalkan pool travel, di luar dugaan. Para bule itu bertepuk tangan bersama-sama dan meneriakkan yel-yel… Bali… Bali… Bali…
Coklat Persahabatan
Sepanjang perjalanan kami banyak bercakap-cakap. Dari percakapan itu saya tahu mereka adalah dua rombongan turis dari Inggris dan Perancis. Sarah, Michael, Alex, William, Athoni, Elishabeth, kali pertama ini datang ke Bali. Sedangkan Pierre dan Josh sudah kali kedua ini datang mengunjungi pulau Dewata.
“In Bali. You must visit Ubud, Tegalalang, Kuta, Besakih, and soon. Bali is beautiful Island” kata saya dengan bahasa Inggris sekenanya.
“Oke. Of cours” kata Alex.
[caption caption="Suasana di dalam travel (foto dindin)"]
Sepanjang perjalanan saya lihat suasana kegembiraan sungguh hadir di tengah-tengah mereka. Saya baru tahu ternyata orang bule sangat ekpresif. Contohnya saat kapal ferry yang kami tumpangi berhasil berlabuh di Gilimanuk mereka bertepuk tangan kompak sekali. Seolah ingin meluapkan kegembiraan bahwa mereka telah tiba di Bali.
Sekira pukul sebelas siang, mobil yang kami tumpangi memasuki Denpasar. Alex dan kawan-kawan meminta saya untuk menyampaikan kepada sopir travel menurunkannya di Sky Garden-sebuah hotel di kawasan Kuta dekat dengan monument Bom Bali. Saat turun kami mereka menyalami saya erat-erat.