Mohon tunggu...
Muslihah
Muslihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Untirta

Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa prodi Ilmu Komunikasi semester 4. Saya memiliki keterampilan dalam bidang public speaking, foto & videografi. Sering bekerja di bidang produksi konten dengan minat yang sangat tinggi dalam industri kreatif, pemasaran digital maupun pembuatan acara. Saya memiliki dedikasi tinggi untuk belajar dan berkembang, serta siap untuk berkontribusi secara positif dalam lingkungan akademik maupun profesional.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesatnya Arus Digitalisasi: Membawa Solusi atau Justru Meningkatkan Masalah Pengangguran di Indonesia?

11 Juni 2024   23:04 Diperbarui: 11 Juni 2024   23:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesatnya arus digitalisasi yang kian hari kian memasuki berbagai bidang, mungkin telah membawa banyak perubahan yang cukup besar dengan menawarkan banyak hal baru yang perlahan bermunculan. Namun, Indonesia masih berkutat dengan salah satu permasalahan yang cukup krusial. sudah bisa ditebak apa permasalahannya?

Salah satu permasalahan yang sering menghantui negara kita ialah angka pengangguran dan kurangnya kesempatan kerja. Sempitnya lapangan pekerjaan yang memadai menjadi sebuah kenyataan pahit bagi ribuan lulusan baru yang hendak menginjakkan kaki ke dunia kerja. Era digitalisasi ini seharusnya membawa banyak peluang baru justru tidak sedikit pekerja pekerja yang merasakan sulitnya beradaptasi dengan tuntutan era ini dan berkutat dalam ketidakpastian kerja.

Dimana seharusnya transformasi digital ialah sebuah solusi, akan tetapi di beberapa situasi malah menciptakan permasalahan baru. Tidak jarang, era ini malah menambah ketimpangan di dunia kerja kian meroket. Lantas, langkah apa yang seharusnya diambil untuk memanfaatkan kesempatan dan potensi di era digitalisasi ini menjadi sebuah solusi agar dapat membuka lebih banyak kesempatan kerja yang berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat?

Menurut survei Sakernas yang dilaksanakan pada Agustus 2023, dari total Angkatan kerja sebesar 147,71 juta orang, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai angka 7,86 juta. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024 dengan persentase 5,89% dan 3,37% yang artinya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di perkotaan justru lebih tinggi daripada di pedesaan. Data selanjutnya mengungkapkan bahwa sebanyak 51,95 juta pekerja di Indonesia masih didominasi oleh lulusan sekolah dasar (SD) yaitu sebesar 36,54% dari total dari 142,18 juta orang.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat  jumlah pekerja yang bekerja tidak lebih dari 35 jam per mingunya atau setengah pengangguran, dalam kata lain orang-orang dengan status pencari kerjayaitu  sebanyak 12,11 juta orang per februari 2024. Dibandingkan dengan Februari 2023 lalu, angka tersebut naik sebesar 26,28% atau tumbuh sekitar 2,52 juta orang. 

Peneliti ekonomimakro dan keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama, ia menuturkan bahwa penyebab tingginya angka pengangguran di perkotaan ialah tuntutan kualifikasi tinggi yang dibutuhkan oleh perusahaan yang dibarengi dengan ketatnya persaingan pekerjaan. Ia menuturkan bahwa meroketnya pekerja setengah pengangguran faktor utamanya ialah adanya ketidakcocokan kemampuan dan keterampilan seorang pekerja atau mistatch.

Menurut Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Ketua Bappenas) Kwik Kian Gie, membesarnya jumlah pengangguran ialah sebuah tantangan utama yang dihadapi oleh pemerintah. Dimana pengangguran ialah bagian dari penyakit ekonomi yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena pada dasarnya, pengangguran dapat mengakibatkan seseorang tidak mempunyai pendapatan bahkan dapat mendorong mereka jatuh kedalam jurang kemiskinan.

Adanya kebijakan yang dapat menyentuh langsung permasalahan pengangguran yang ada dapat menjadi salah satu pintu untuk mengurangi  berbagai pantologi sosial yang dialami oleh masyarakat saat ini. sejatinya, akar dari berbagai masalah sosial perkotaan yang terjadi dan cukup meresahkan ini ialah sulitnya kehidupan dan kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh ketiadaan pekerjaan sebagai sumber hidup. Lantas, selain yang sudah disebutkan tadi, apa yang menjadi penyebab tingginya angka pengangguran di Indonesia?

Antara lain yang menjadi penyebab tingginya pengangguran ialah pesatnya kemajuan teknologi, pendidikan dan keterampilan yang masih kurang sehingga belum bisa memenuhi kriteria atau standar perusahaan, tidak seimbangnya pekerjaan dan tenaga kerja, terbatasnya lapangan pekerjaan, dan/ memiliki Pendidikan tinggi tapi tidak memiliki peluang kerja karena tidak adanya akses yang dimiliki akhirnya berpotensi untuk tidak tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja yang mana hal ini selalu meningkat di setiap tahunnya, selain beberapa hal yang sudah disebutkan juga karena kurangnya efektivitas penyaluran informasi lapangan pekerjaan bagi para pencari kerja maupun adanya sistem PHK atau pemutusan hubungan kerja yang disebabkan karena krisis suatu perusahaan.

Selain beberapa poin yang sudah disebutkan, terdapat satu poin tambahan yang tidak boleh dilwatkan, yaitu inflasi dan deflasi. Dimana pada Mei 2024, ekonomi Indonesia mengalami inflasi tahunan sebesar 2,84% dan Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,10%. Hal ini kemudian mempengaruhi Idul Fitri 2024 - Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Setelah berbicara soal penyebab pengangguran, mungkin dalam bagian ini kita akan membahas masalah yang berhubungan dengan kurangnya kesiapan atau keterampilan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di era digital serta tantangan yang dihadapi sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam beradaptasi dengan transformasi digital. Maka, dalam menangani masalah ini, pemerintah harus cepat tanggap.

Dimana pemerintah dapat mengikutsertakan peran Pendidikan dalam upaya menurunkan angka pengangguran yang ada. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan SDM yang lebih berkualitas dan kompeten.

Pendidikan disini tidak hanya berupa Pendidikan formal saja, akan tetapi pemerintah dapat memaksimalkan penyaluran Pendidikan nonformal seperti memberikan pelatihan kepada Masyarakat agar membantu kompetensi mereka dalam meningkatkan softskill sehingga dapat mengurangi budaya malas yang mungkin masih tertanam di dalam didi para pencari kerja karena menyerah duluan dalam mencari peluang kerja dengan tuntutan yang tinggi. Selain itu, penyaluran informasi dan perataan lapangan pekerjaan juga termasuk kunci dalam upaya penurunan angka pengangguran.

Oleh karena itu, di era digitalisasi ini dalam upaya mengatasi masalah pengangguran dan kurangnya kesempatan kerja. Maka, harus bekerja sama dengan masyarakat dan sektor swasta harus bekerja sama untuk sama-sama membangun ekosistem yang dapat mendukung kewirausahaan dan inovasi yang tinggi.

Karena pada dasarnya digitalisasi ini bukan hanya sebagai simbol kemajuan namun harus dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai sebuah alat untuk memberdayakan masyarakat. Transformasi digital yang dibarengu dengab langkah-langkah kolaboratif dan positif dapat menjadi jembatan kesenjangan dan membuka peluang kerja yang lebih luas.

sumber referensi:

https://mediaindonesia.com/ekonomi/669566/lapangan-pekerjaan-di-indonesia-masih-kurang-bermutu

https://masuk-ptn.com/artikel/detail/banyaknya-pengangguran-diindonesia

Khodijah Ishak, S. M. (n.d.). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN DAN INFLIKASINYA TERHADAP INDEK PEMBANGUNAN DI INDONESIA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun