Tak hanya modul, selama 4 pekan ini pula, dihadirkan narasumber dengan salah satu tema khusus sesuai tema per pekan. Yang membuat saya bahagia, 4 narasumber yang dihadirkan Tim Berdaya Bareng, merupakan praktisi yang kesehariannya lekat dan melakukan langsung dari apa yang disampaikan di dalam slide presentasi mereka masing-masing.Â
Urutan pembelajaran dari Senin sampai Sabtu malam, dimana narsum sharing melalui zooming bersama seluruh tim fasil dan peserta, terhitung intens. Namun, ternyata, jika jadwal belajar dibagikan ke orang terdekat agar bisa diingatkan, bisa juga dijalani tanpa tertinggal. Setidaknya demikian yang saya lakukan. Ketika jadwal pekan pertama diberikan kakak fasil di grup WA saya (NTB 1), saya langsung menitipkannya juga ke nomor WA suami. Akhirnya, saya tidak pernah terlewat satu pun tugas, karena suami membantu mengingatkan apakah saya sudah mengerjakan tugas atau belum.
Pembelajaran, bahwa, bagaimanapun proses belajar yang diikuti, ketika lingkungan terdekat kita mendukung dengan baik tentu akan bisa kita lalui sampai selesai.
Pilot Project Dayan Gunung Berdaya
Tadinya, saya pikir, pelatihan online sebulan penuh sudah melelahkan. Asumsi yang keliru besar. Bootcamp sepekan, tak kalah intens. Jangankan modul serba serius (namun penuh pandangan baru dan up to date), sekadar masuk ruangan pun dituntut bak mata-mata 07 ala negeri kerajaan Inggris Raya (hihihi).
Pernah, saya sampai mencoba 7X (TUJUH KALI), baru berhasil masuk ruangan. Ternyata, petunjuk utama kode rahasianya adalah abjad awal dan terakhir nama kita. Misal, saya Muslifa. Maka, dua barang yang saya bawa masuk ruangan adalah 'Mangga' dan 'Apel'. Belakangan, saya akhirnya berhasil di kali pertama. Kali ini, kode rahasianya, bahasa tubuh yang dilakukan kakak fasil. Misal, setelah kakak fasil menyebutkan petunjuk 'Lihat sekitar', lalu mengucapkan "Kak Muslifa masuk ruangan bawa apel, apa boleh ya?" , sembari menggaruk ujung hidung. Jawabannya, "Tentu boleh", tapi yang utama adalah meniru gerakan kakak fasil. Tapi nganu, yang kedua ini, karena saya dibisiki teman peserta yang lain ((( LOL )))
Lain check in ruangan, lain pula modul-modul selama bootcamp. Senin 11 Nopember misalnya. Ternyata, konsep Fasilitasi, Mentor, Guru, Trainer, umumnya berbeda. Baik secara proses, tujuan, atau juga karakteristiknya. Untuk ini, saya usahakan menulis di artikel terpisah. Lalu, modul lain yang sungguh mencerahkan, Disability Awareness di hari ke-3. Bagaimana bahwa sebenarnya dua frase yang sebaikya dibudayakan penggunaannya adalah Disabilitas dan Non Disabilitas. Ada pula, fakta di lapangan, betapa porsi lowongan pekerajan sebesar 2% di lembaga pemerintahan dan 1% di lembaga swasta, belum terbangun di negara kita tercinta. Kak Zain, rekan peserta DAP 2024 yang disabilitas, membagikan langsung kisah hidupnya. Sampai akhirnya, kesan personal saya, tertuang ke puisi ini.