Selang sekian tahun dari kejadian tersebut, mendadak, Mama Nur mendapat kiriman paket 'luar biasa'. 4 tenda, juga peralatan lain yang bisa disewakan ulang ke pengunjung Kenawa, senilai total hampir 20 an juta. Kaget? Jelas!Â
Belakangan, ternyata tamu yang hanya mampu membayar 50 ribu rupiah, tanpa diminta, mengirimkan paket tersebut. Prinsip menyekolahkan semua anak mereka, minimal selesai strata 1, juga prinsip saling tolong menolong atau sedekah, nilai hidup mahal di balik sisi-sisi indah Kenawa.Â
Sumang Kole, No, dari Manggarai
Saya mendadak menyapa No, karena di puncak bukit Kenawa, sedang ramai dengan sekitar 200an tamu mancanegara. Sama. Kami ingin berburu sunset indah. Matahari jingga, akan 'tidur' di pelukan gagahnya Rinjani. Iyya..Gunung Rinjani, Lombok. 200an tamu ber-Bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, entah Jepang atau Korea.Â
Tengok kiri, kanan, depan, belakang, saya temukan satu wajah 'Melayu'. Sedikit ngobrol, namanya No. Sedang tinggal di Manggarai. Salah satu phinisi dari total 7 yang berlabuh di pantai Kenawa, No salah seorang guide-nya.
"Sumang Kole, kak. Bahasa Manggarai untuk 'Jumpa Lagi'..." demikian balasan No di percakapan WA kami. No bersedia mengajari saya beberapa bahasa Manggarai dasar.Â
Begitulah.. Saya, mungkin juga No, dan satu kisah lagi dari Neni Julintika, rasanya takkan menampik untuk berjumpa ulang lagi di Kenawa.