Berkat pak Marwan pula, ia berhasil meyakinkan driver grab untuk wajib menurunkan saya di depan persis ruang tunggu penumpang Terminal Purabaya saja. Saya segera merasa aman.Â
Sampai di ruang ini, saya tak sungkan bertanya ke banyak petugas berseragam dishub. Atau mungkin cuma seragam yang mirip. Semua pertanyaan saya diberikan jawaban baik, tegas dan arahan yang jelas. Sejak turun dari mobil, berjalan mantap, saya sudah bisa duduk di kursi di belakang kursi sopir bus, kurang dari 15 menit. Alhamdulillah.Â
Patas Bungurasih Malang, Cepat, Sat Set, Nyaman dan Aman
Kembali berbahasa Jawa padu padan, aksen masih kental Lombok, tapi diusahakan dengan kosa kata agak sopan. "Nuwun sewu pak, kulo mandap teng Alfamart Ken Dedes nggih.."
Entah, apakah penulisan kata di atas sudah benar. Intinya, saya menitipkan pesan ke pak sopir bus, saya akan turun di Alfamart patung Ken Dedes. Menurut teman saya, spot ini berada di sisi kiri jalan. Jadi, tidak perlu repot menyeberang. Persis pula dengan perkiran teman saya, perjalanan dengan bus patas hampir satu jam persis.Â
Meski saya sempat terlelap beberapa belas menit, saya sudah cukup segar ketika akhirnya turun di Alfamart yang dekat dengan Taman Ken Dedes. Satu area di wilayah Singosari, Malang. Teman saya ternyata juga baru saja sampai. Lima menit, saya sudah duduk di bangku kedua mobilnya. Ia dan suaminya, berkenan menjemput saya dan akhirnya mengarah ke rumahnya.
Eh, belum. Saya diajak berkeliling kota Malang dulu. Segelas STMJ coklat panas, berhasil mengurangi tumpukan angin laut, aroma pelabuhan Tanjung Perak, juga aroma khas bus patas. Spot-spot kota Malang yang agak berhasil saya ingat, salah satu kampus Universitas Merdeka Malang. SMA Lab. Deretan rumah klasik bergaya Eropa.Â