Jelang sunset, akhirnya siluet beberapa gedung tinggi kota Metropolis Surabaya mulai tampak di horizon. Keliling melihat langit, ternyata titik sunset tertutup awan yang seolah seperti kipas raksasa. Bulatan oranye matahari, seperti seperempat dari mata ajabi Mad-Eye Moody di seri Harpot. Ujung terluar lembar kipas, seputih kapas, berlapis dan ditutup segaris tipis semburat oranya. Bagian tengah kipas, kelabu pekat.Â
Semakin mendekat ke arah pelabuhan, bentang kipas melebar dan menyisakan tipis nila yang mulai menggelap. Di momen inilah, perlahan, KM. Kirana VII merapat ke bagian bawah jembaran Suramadu. Jembatan terpanjang se-Indonesia, sepanjang 5 km lebih, dibangun di masa pemerintahan SBY. Dimulai di tahun 2003, diresmikan di tahun 2009. Sudah beroperasi sekitar 14 tahun.
Sayang, hp saya kurang sakti. Tak kurang akal, saya keluarkan si Brica. Jadilah beberapa koleksi foto, video, momen melintas di bawah Suramadu tersimpan juga. Sayang berikutnya, saya menuliskan trip ini di laptop yang justru sakti. Saking saktinya, saya tidak tahu cara melihat memori Brica untuk mengambil koleksi foto saya. Wkwkwk..
Tepat pukul 8 malam, karena berjenis roro, KM. Kirana VII tidak butuh waktu lama untuk sandar di Tanjung Perak. Berikutnya, saya berburu damri atau moda transportasi yang bisa mengantarkan saya ke terminal Bungurasih. Di terminal ini, saya akan berburu bus patas, yang mengantar sampai ke Malang. Lokasi utama trip saya kali ini. Undangan keren seorang teman masa kecil. Undangan main. Alhamdulillah, masya Allah tabarakallah.
Dua bapak-bapak yang sedang melihat kondisi Tanjung Perak, saya beranikan sapa. Bahasa Jawa andalan dong. Rezeki saya. Dua bapak tersebut, meyakinkan saya bahwa naik damri adalah opsi terbaik.Â
Belakangan, karena ternyata Damri pelabuhan hanya ada ketika kapal-kapal penumpang Pelni yang sandar, saya dan seorang bapak tersebut akhirnya sharing naik grab. Matur agung tampiasih Pak Marwan. Meski tak jadi naik damri, momen berjalan bareng, keluar dari area pelabuhan, membuat saya bisa memotret masjid agung kompleks pelabuhan. Satu spot, yang pernah dikisahkan kakak sulung saya. Dulu. Saat pernah bekerja di kota ini, di jaman kami masih di usia anak kuliahan.