Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jurus Parenting Positif Ajarkan Ibadah Ramadan pada Anak

2 Mei 2021   06:31 Diperbarui: 2 Mei 2021   06:48 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi nyata. Cara jitu ajarkan ibadah Ramadan pada anak. Dokpri

Bentuk-bentuk pengasuhan positif terutama adalah dalam nada suara. Kamu bisa bersikap tegas dan memegang anak-anak pada harapan yang tinggi, sambil tetap mencintai. - Kompas Com (Februari, 4/2020).

"Lima salam ya bunda.. Bunda ikutan lima salam juga ndak?" Yusuf (10th) merengek manja usai tunaikan Isya berjemaah, beberapa malam lalu.

"Oke, boleh. Tapi jam 9, sudah harus di rumah ya. Besok kan sekolah. Biar bisa istirahat dan bangun sahur juga...," balas saya dan mengingatkannya tentang keharusan bersekolah.

"Wah, jadi bunda juga ikutan 5 salam saja?" Riang ia menimpali.

"Ya nggak dong. Tahun lalu, full sebulan kita ndak boleh di masjid. Bunda ingin tahun ini, giliran, bisa full sebulan beribadah di masjid. Sayang. Ramadan kan datangnya sekali setahun saja..." Masih dengan senyum, saya balas pertanyaannya sambil membelai kepala.

Yusuf lantas bersiap melakukan sunnah Tarawih berjemaah. Saya, sambil masih tersenyum, bergegas menyusul. Terasa lega dan bahagia. Jam now, banyak sekali referensi, untuk bisa menerapkan bentuk-bentuk parenting positif. Salah satunya, seperti yang saya kutip di awal tulisan ini.

Anak-anak Peniru Ulung. Contohkan yang Baik, Sang Peniru pun Auto Menjadi Baik

Anak-anak meniru apa yang kita lakukan. Jika kita ingin mereka menghormati orang lain, kita harus menghormati mereka. Jika kamu ingin anak mengatakan "tolong," katakan "tolong" juga kepada mereka. - Kompas Com (Februari, 4/2020).

Benar. Bahkan, membiasakan kata 'tolong' saja, sungguh tak mudah. Namun, kebahagiaan luar biasa saat akhirnya anak-anak bisa terbiasa melakukannya, adalah hadiah terbaik yang pantas. Demikian setidaknya yang saya rasakan. Si sulung yang sudah 17 tahun dan si bungsu yang 10 tahun, alhamdulillah sudah mulai sering menerapkan. Dua kata baik lainnya, 'Terima Kasih' dan 'Minta Maaf'. 

Tiga kata baik di atas, tak saja indah jadi kebiasaan sehari-hari. Nanti, di dunia kerja yang lebih kompleks, manfaat ekstranya akan lebih terasa. Tak masalah berada di posisi apapun. Mau anak buah, atau di tingkat atasan. Insha Allah sama baiknya. 

Demikian pula dengan ibadah-ibadah Ramadan. Sebanyak apa pun, sesulit apa pun, kita orang tua bisa komit serta konsisten mencontohkan. Berikutnya, anak-anak akan menirunya. Tanggung jawab berikutnya, bekerja bersama-sama, merawat komitmen serta konsistensi dari beragam ibadah baik Ramadan tersebut. Sholat wajib tepat waktu (segera setelah adzan berkumandang), sunnah-sunnah rawatib (Tarawih, Witir, sholat-sholat malam yang bersamaan dengan waktu sahur), juga sekian rakaat Dhuha di pagi hari.

Ada pula jenis ibadah 'ringan' lainnya. Senyum ketika berinteraksi dengan orang lain. Atau seringan memindahkan ranting kayu, bebatuan atau sampah plastik, di jalur jalan ramai serta mungkin di halaman masjid. Ingat dong. Allah SWT sungguh Maha Adil. Kebajikan sebiji sawi sekali pun, inshaAllah tertakar dengan sangat baik.

Berangkat sekolah naik sepeda, saat Ramadan, bukan berarti puasanya harus batal. Dokpri
Berangkat sekolah naik sepeda, saat Ramadan, bukan berarti puasanya harus batal. Dokpri

Ibadah Demi Jadi Manusia Baik Secara Agama dan Bangsa

Tujuan mengasuh secara positif adalah untuk membangun dan mempertahankan hubunganmu dengan si kecil, sambil juga membesarkan seseorang yang akan berbuat baik di dunia. - Kompas Com (Februari, 4/2020).

'Seseorang yang akan berbuat baik di dunia', indahnyaaaa... Aamiin. Rasanya, memang itulah harapan kita semua. Semakin terasa, ketika dibarengi rasa syukur, telah diperkenankan menjadi survivor pandemi.  

Seharian di Jumat kemarin, saya gloomy parah. Iseng mencari tahu tentang apa yang terjadi di India, tak tertahankan saya jadi sedih sendiri. Tak ada yang bisa saya perbuat dengan apa yang sekarang sedang terjadi di negeri Mahatma Gandi. Mampunya hanya mengirim doa yang banyak. Semoga siapa pun yang sedang kesusahan, mendapatkan yang terbaik dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tak hendak muluk-muluk, jika semua manusia baik di dunia saat ini sama-sama mengirim doa baik, semoga situasi yang berat di India agak lapang. Momen saling mengajar dan belajar melalui rangkaian ibadah Ramadan, juga semoga menjadi satu upaya. Setiap hari, besok dan di hari-hari selanjutnya, bertebaran barisan para manusia baik. Di keluarga kecil saya, demi kebaikan anak-anak saya sendiri. Saya dan ayah mereka, keluarga besar saya, pun lingkungan terdekat mereka.

Di skala lebih luas, demi kebaikan Indonesia. Untuk generasi penerus kita semua. Sedikit penutup, saya kutip lirik lagu legendaris John Lennon. 'Anda boleh bilang saya seorang pemimpi. Tapi, saya tidak sendiri'. Jadi, mari merapatkan barisan. Mari mulai, dengan menjadi orang tua yang mengajarkan ibadah-ibadah Ramadan. Parenting positif adalah salah satu jurusnya. Skuy..

*Selong 2 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun