Demam THR mulai kumat. Terutama di hari-hari terakhir menjelang Lebaran, di 1 Syawal. Tepatnya, di perayaan Iedul Fitri. Hari Raya Kemenangan umat muslim se-dunia, femes disingkat sebagai Lebaran saja. Setelah berhasil menahan haus dan lapar sebulan penuh saat Ramadhan.
Namanya demam, tentu ada suka dukanya. Duka yang paling jelas, suhu tubuh yang tidak jelas. Kadang hangat mendadak, tiba-tiba juga menjadi dingin.
Berlatar suhu tubuh ndak jelas seperti di atas, boleh saya memilih menuliskan sebagian besar sisi sukanya saja? Biar lebih detail, beberapa list tampaknya akan tepat menggambarkan kesukaan terkait THR ini.
Tunggu, THR yang mana dulu ini? Yang pasti dan jelas, Tunjangan Hari Raya. Jadi, tolong tidak perlu diperlebar ke frase lain selain 'Tunjangan Hari Raya' ya (harus diulang, biar afdol).
Mendukung Teraihnya Kebahagiaan Ekstra di Hari Raya
Muslim Indonesia, tunggu -- saya memilih yang lebih spesifik saja dan paling aman, saya dan keluarga kecil saya, masih melakoni kebiasaan membeli banyak hal baru saat Lebaran tiba. Seperti tulisan saya beberapa hari lalu, alhamdulillah, cukup buat anak-anak saja. Minimal, baju lebaran dulu. Oia, sandal lebaran juga. Sudah. Cukup.
Nah, baju dan sandal lebaran baru ini, makin besar kemungkinannya terbeli jika dana THR cair tepat waktu. Kapan ni waktu tepatnya, ya di akhir pekan terakhir, sebelum hari H lebaran. Tahun ini, berdasarkan edaran cuti yang keluar dan diskusi di berbagai grup WA, besar kemungkinan lebaran bertepatan dengan hari Jumat 15 Juni. Minggu depan. Sekitar 10 hari lagi.
Anak-anak saya bahagia, dapatkan baju dan sandal lebaran baru. Saya dan suami bahagia, bisa membahagiakan anak-anak. See, ini sisi kesukaan terkait THR. Baru pertama lho.
Membersihkan Harta
Nah, ini lagi. Saya pakai versi pengalaman pribadi saja ya. Duh, hampir lupa. Kan nggak boleh memamerkan sedekah. Sedekah yang paling baik, yang diberikan dengan tangan kanan dan bahkan tangan kiri pun tidak tahu. Pinjam ujar-ujar sederhana ini saja ya. Hadist dan yang lain sebagainya, lebih baik dicari sendiri (maaafff).
Sederhananya, yang berbagi THR tidak akan miskin, yang mendapat THR ya jelas makin berharta. Minimal, ketambahan uang jajan. Serba menyenangkan dong namanya.
Meningkatkan Loyalitas dan Kekeluargaan
Ini khusus sub bagian yang saya buat-buat sendiri. Terutama, karena niat awal saya memang memfokuskan diri ke bagian yang serba menyenangkan saja.
Contoh ni ya. Kalau di perusahaan, baru tiga bulan bekerja, sudah mendapat THR. Utuh dan penuh satu kali gaji sebulan pula. Omegot, nggak akan berpikir panjang. Pasti karyawan akan berusaha menyabar-nyabarkan diri, menunggu sampai setahun bekerja. Tiga bulan bekerja saja sudah dapat THR penuh, bagaimana kalau setahun, dua dan seterusnya?
Di keluarga, apalagi keluarga besar, pasti yang amplop THRnya bakal paling diramahin semua orang. Minimal, senyum manis dan kepala ditunduk-tundukkan begitu lah. Ibarat kata, impresi awal menjadi indikator cepat keluarnya amplot THR nan tebal. Hayyoo, kurang hangat plus setia apa coba? Masih berjarak lima meter lebih, sudah disenyumin dan disapa-sapa. Sekeluarga besar pula.
Baiklah, sebelum nanti semakin banyak daftar kesukaan berbagi dan mendapat THR, cukup tiga di atas dulu. Harus segera saya unggah, terbaca dan semoga yang belum mencairkan THR mensegerakannya. InsyaAllah, aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H