Sunyi mengajarimu membaca yang tersembunyi, disembunyikan
Sunyi riuhkan obrolan dibalik ketenangan tanpa riak
Sunyi memaafkanmu atas makian-makian pada segala ketak-benaran
Bagaimana aku menembang di kelabu langit dan basahnya bumi?
Atau memang telah sampai tatapku pada biru dan hijau semesta, nun dilapis entah ke berapa
Hunjam diam ia, diam, berakar di jiwa
Kidung Surut Manik Karat Batin (1)
Ketipung Gendang Beleq (2) seiring detak jantung
Bangunkan kenanganmu pada lekat getir pinang di tukaq lidah
Alirkan merah sekental darah
Banjir ia bersama masa lalu, menguntai di ribuan kisah
Pembayun (3) tembangkan Angin Alus (4)
Pedih hati mengurai di liris nada, hasrat sang puteri dipeluki samudera
Lahirkan jutaan anak cucu di nyawa Nyale (5)
Kidung Surut Manik Karat Batin
Sebening apa wajah cerminkan jiwa-jiwa bersih?
Denting mana yang kau simak diam-diam, mungkin alun Sendon (6) lebih merdu dan sampai pula ia di hati
Gelung Perade (7) susupi pikirku, pikirnya, entah dipikirmu
Mahar yang kuingin, saat akhirnya jodoh payungi kita
Sehari lain, kata-kata tak terbaca kesunyian
Sejelas mentari pagi di langit biru bersih, masih juga maknanya tak tampak
Maafkan, mungkin hatiku terlalu penuh dengan rasa yang salah
Kidung Surut Manik Karat Batin
Akal dan harapku masih saja tersesat, jadi biarkan kini aku kembali, sendiri
Kini bagaimana aku lupa melupa, bacalah seperti mentari setia sinari bumi
Ia tetap lewati berjuta satu kisah-kisah milyaran hati
Siapa aku hendak kangkanginya sendiri?
Jauh, jauh sebelum hari ini, tak ada pintaku cerita tertentu
Sudah kuberitahu, sebagian ia hadir seperti hujan dari awan abu-abu nan gelap
Jadi, biarkan itu terjadi kembali
Kidung Surut Manik Karat Batin
Tak pernah ada akhir sebenar, karena bahkan mati hanya tentang jalan pembuka
Kemudian Arin, mari bicara dengan dan bersama jiwa
Gunakan bahasa-bahasa yang tak pernah kita dengar pun baca
Hanya, kuyakini, hadirkan hangat di kulit ari serta hati kita
Sunyi temaniku bicarakan apa saja, terang pun gelap
Sunyi istanaku, semayan kisah-kisah tak bernama
Sunyi kembali aku, menanti, mungkin tanpa pernah ada yang sungguh wewujud diri
*Selong 24 Desember
Glosaries:
Surut Manik Karat Batin: Manik (Perkataan Atau Perintah Sang Khalik), Batin (Jiwa, Hati Terdalam, Batiniyah) -- Paham-paham di luar logika, dipahami dan diterima dengan iman, bukan sekadar akal dan fikiran. Pandangan filosofis masyarkat Sasak. Sayangnya, belum ada ulasan spesifik lain yang bisa saya cantumkan sebagai referensi resmi - cmiiw.
Gendang Beleq: Kelompok musik khas Sasak Lombok. Dulunya sebagai pengiring perang, namun kini seringkali sebagai pengiring berbagai acara adat. Misal, Nyongkolan, salah satu proses menikah di adat Sasak Lombok.
Pembayun :Â
Angin Alus : Satu dari banyak lagu khas Sasak Lombok. Sering saya nyanyikan sebagai lagu nina bobo. Lagu dengan lirik penuh pengharapan, agar anak-anak tetap menjadi sosok-sosok terbaik, kemana pun dan dimana pun mereka berada.
Nyale: Sebutan cacing laut yang hanya muncul di bulan tertentu di pantai-pantai selatan Lombok. Erat dengan dongeng rakyat, Putri Mandalika.
Sendon: Seruling panjang, pengiring pada musik latar wayang Sasak Lombok.
Gelung Perade: Â Gelung (lengkungan khas serupa lengkungan janur, sering terdapat di ukiran-ukiran khas Sasak Lombok. Cmiiw)
Rangkaian lain fiksi-fiksi saya (dikhususkan puisi saja) dengan tokoh imajiner 'ARIN';
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI