Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kidung Surut Manik Karat Batin

24 Desember 2017   16:49 Diperbarui: 24 Desember 2017   16:51 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tarian kelompok Gendang Beleq Lombok. Dokpri

Kidung Surut Manik Karat Batin
Tak pernah ada akhir sebenar, karena bahkan mati hanya tentang jalan pembuka

Kemudian Arin, mari bicara dengan dan bersama jiwa
Gunakan bahasa-bahasa yang tak pernah kita dengar pun baca
Hanya, kuyakini, hadirkan hangat di kulit ari serta hati kita

Sunyi temaniku bicarakan apa saja, terang pun gelap
Sunyi istanaku, semayan kisah-kisah tak bernama
Sunyi kembali aku, menanti, mungkin tanpa pernah ada yang sungguh wewujud diri

*Selong 24 Desember

Glosaries:

Surut Manik Karat Batin: Manik (Perkataan Atau Perintah Sang Khalik), Batin (Jiwa, Hati Terdalam, Batiniyah) -- Paham-paham di luar logika, dipahami dan diterima dengan iman, bukan sekadar akal dan fikiran. Pandangan filosofis masyarkat Sasak. Sayangnya, belum ada ulasan spesifik lain yang bisa saya cantumkan sebagai referensi resmi - cmiiw.

Gendang Beleq: Kelompok musik khas Sasak Lombok. Dulunya sebagai pengiring perang, namun kini seringkali sebagai pengiring berbagai acara adat. Misal, Nyongkolan, salah satu proses menikah di adat Sasak Lombok.

Pembayun : 

Angin Alus : Satu dari banyak lagu khas Sasak Lombok. Sering saya nyanyikan sebagai lagu nina bobo. Lagu dengan lirik penuh pengharapan, agar anak-anak tetap menjadi sosok-sosok terbaik, kemana pun dan dimana pun mereka berada.

Nyale: Sebutan cacing laut yang hanya muncul di bulan tertentu di pantai-pantai selatan Lombok. Erat dengan dongeng rakyat, Putri Mandalika.

Sendon: Seruling panjang, pengiring pada musik latar wayang Sasak Lombok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun