Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Umat Jaman Kebaikan

8 Juni 2017   07:24 Diperbarui: 8 Juni 2017   07:46 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih pagi buta, tak ada embun di rerumputan
Tak ada hujan yang terlalu tabah, turun basahi bumi
Oranye, jingga, menguning emas, menguar di ufuk timur

Kami berkisah, atas latar masa lalu nan indah
Tentang masa kecilku, tak bersekat, tanpa tembok
Beluntas mengelindan dengan si anak nakal, pohon banten penyejuk demam, dinding-dinding bedeg

Belum ada keramik, di lantai, di dinding, pada alas-alas kompor
Rumah adalah tentang ruang luas, dapur adalah warung makan terbuka
Anak-anak mereka, anak-anak kami, aku dan teman-teman masa kecilku

Cerita beranjak pada masa, ketika sebagian besar kami dipertanyakan
Jabatan apa kau punya? Rezeki di mana yang menghampirimu? Setinggi dan sebanyak apa?
Lalu keikhlasan;

Pada masa tua yang mulai lagi bicara kesendirian
Rumah-rumah besar nan indah, berkeramik mahal, dapur tertutup di sudut belakang
Anak-anak yang kenal hanya di lorong-lorong gang, di bangku-bangku sekolah, atau di dinding maya?

Tentang masa tua yang teramaikan para bayi dan balita
Barisan para cucu, keponakan, tertinggal atau ditinggal demi sekian waktu di luar rumah
Agar berjawab segala pertanyaan, setinggi apa jabatanmu untuk sebanyak apa harta yang teraih

Dinding-dinding rumah mulai membisu, tatapi para penghuninya sendiri menyendiri
Keriuhan anak-anak bermain masih ada, sayup di kejauhan
Atau mungkin suara dari TV? Radio? Hanya meyakinkan kesepian masih tak mutlak

Aku, mereka, dia toh juga sibuk bercakap
Pada benda yang harus rajin diberikan energi agar tak mati, tak pernah jauh-jauh dari tubuh
Benda yang tak boleh keluhkan kesibukan tanpa jeda, senyap namun riuh

Apakah beruntung? Dapati kebaikan lintasi jaman berupa-rupa
Kebaikan merata bagi sekujur tubuh, demi percakapan beramai-ramai, berdua-dua
Percakapan bahasa tubuh, bahasa dari semua indera: mata, telinga, mulut, bahkan sentuhan? (pada tangan-tangan yang bersalaman)

Kini, kebaikan –mungkin, masih merata bagi tubuh
Hanya saja, terasa harus kerahkan segenap kepercayaan, pada huruf-huruf, pada gambar-gambar
Masih banyak yang enggan percakapan bahasa tubuh;

Apa ia akan menyukaiku yang tak rupawan?
Sepertinya aku tak secantik para bintang iklan, atau minimal bersuara semerdu penyiar radio
Bagaimana jika pakaianku tak pantas dilihat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun