Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Mantan di Pantai Kaliantan

19 Februari 2017   12:14 Diperbarui: 19 Februari 2017   12:31 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedip merah samar dan suara beep lemah memastikanku alihkan pandang dari kamera digital. Gadget yang akrabi setiap perburuanku pada kisah-kisah dan sketsa berbagai rupa.

Aku masih selalu merasa beruntung, rekam iring-iringan penabuh Gendang Beleq yang bersegera lakukan aksi 'tarung' dari gendang lanang (lelaki) dan wadon (perempuan). Persis di hitungan 60 menit, iring-iringan lengkap para penabuh, pertarungan tabuhan dan kembali berbaris rapi terekam utuh. 

Pagi di tepi pantai Kaliantan semakin menghangat. Gerutuan masyarakat yang masih berburu Nyale kuabaikan. Cacing warna-warni yang ditunggui sejak pagi buta dikeluhkan terlalu sedikit. 

Aku memilih sibuk cek koleksi foto yang berhasil kurekam. Sedikit lagi memori dan baterai tersisa untuk karnaval beberapa jam ke depan. Saatnya hidupkan gadget lain, kamera andro dengan memori yang sudah kukosongkan demi tiga hari apdet koleksi foto dan kisah di festival Bau Nyale Lombok.

Menepi dan hidupkan HP, berondongan list miskol dan belasan SMS segera muncul. Ah, aku tak suka terganggu. Aku masih harus menjaga fokus. Tak ada janji dengan siapa pun. Berburu dua jam lagi dan aku akan langsung pulang. Anak-anak masih sedang sibuk kumpulkan Nyale, ransel berisi tenda dan barang-barang lain sudah aman di punggungku. Semoga bukan kbara buruk dan hanya miskol serta SMS kawan-kawan blogger lain yang juga sedang sibuk berburu foto di lokasi ini.

Akhirnya, rombongan karnaval terakhir lenyap juga dari sasaran bidikku. Saatnya bersegera ke satu tenda panitia, spot bertemu bersama anak-anak untuk kemudian berbarengan pulang.

"Ish, bunda lama pun. Makin gerah maksimal ini!" Si sulung bersungut. Si bungsu sibuk jilati es krimnya. 

"Maaf, tapi bunda sudah tepati janji kan? Persis selesai karnaval, kita akan langsung pulang.

"Ada yang miskol nomorku belasan kali nih bun. Setiap aku telpon balik, dimatikan. Sekali kuterima, suaranya tenggelam. Sepanas ini, ramainya ampun-ampunan.."

"Bukan dari mbah di rumah?"

"Bukan. Private number. Untung HP aku gak kecemplung di laut, bolak balik ngecek gegara di miskol terus.."

"Ya sudah, nanti saja kita cek di rumah.."

"Tolong mampir supermarket dulu ya bunda. Aku harus beli scrub dan lotion pemutih. Sunblock sebanyak apa juga, kulitku rasanya tetap gosong. Hiks..."

"Iya, sayangku. Nanti bunda bantu scrubbingnya deh.."

"Aku mau minuman dingin sekulkas bunda. Badanku panaaassss," si bungsu segera menimpali. Badan kami bertiga lengket sangat oleh keringat dan aroma asin pantai Kaliantan Lombok.

Setengah jam berjuang keluarkan mobil dari parkiran dan lautan manusia, setengah jam berikutnya kami sudah duduk manis di pelataran satu supermarket kecil. Penjaga supermarket berbaik hati ijinkan kami menumpang di toilet, mandi dan berganti pakaian. Tiga pop mi besar, beberapa minuman botol dingin dan gadget yang khusyuk dipandangi masing-masing kami.

"Wah, miskol di hp bunda juga dari nomor private. Tapi, sebentar, ini ada beberapa sms. Waaaaa...."

"Mana, mana...Dari siapa?"

"Wait! Bunda dulu yang baca. Sepertinya dari mantannya bunda nih.."

"Uwooowww, aku bilangin ayah lho ya..."

"Benar benar benar. Harus dilaporkan ke ayah.."

Si sulung dan si bungsu berbarengan merespon kalimat terakhirku.

"Nggak masalah....!? Ayah kan jaooohhhhh..."

"Kakak, buruan video call ke ayah deh. Bunda genit nih. Mentang-mentang gi jauh, smsan sama mantannya..."

Gemblung! Pada kemana sih? Ditelpon koq ndak diangkat-angkat.

Deg!! Siapa sih.

Anakmu yo ndak angkat-angkat telpon. Pada ngapain sih?!!

Hmmmm, bahasanya agak-agak mengingatkan ke seseorang deh nih.

Belasan sms berikutnya hanya ulangan dari 'Angkat woi!!' , 'Punya HP biar bisa ditelpon!!', 'HPnya buang ke laut!!' 

SMS terakhir: "Tak tunggu di bandara. Bawakan nasi Puyung yang super pedas ya. Nanti tak makan di mobil"

"Wohoho, mantannya bunda ternyata kelaparan..", terkekeh aku berbicara sendiri.

"Ayaaahhhh, liatin deh..Tuh bunda gi berbahagia sms-an sama mantannya," si sulung sorongkan gadget miliknya, berusaha menangkap angle tubuhku yang pas untuk dilihat ayahnya di seberang sana. Tersambung melalui video call...

Alih-alih marah,ayah mereka juga terkekeh-kekeh.

"Buruan dijemput, ayah mulai kelaparan nih..."

Dijemput? "Eh, memang ayah sedang di mana sih?" Kali ini si sulung dan si bungsu berebut mengintip ayah mereka, saling tatap kebingungan dan gemas melihatku yang masih juga tertawa-tawa.

"Dari tadi ayah sudah berusaha hubungi kalian. Pada sibuk kemana sih? Ayah pulang nih, maaf mendadak. Buruan jemput ke bandara yaaa.."

Lupa mematikan video call dan koneksi gadgetnya, si sulung dan si bungsu berlompatan girang.

"Ye ye, ye ye, aku dapat HP baru. Ayah pulaaanggggg. Ye ye, ye ye," si bungsu yang gendut megal-megol lucu. 

"Wait! Hayyoo, bunda belum ngaku smsan ma mantan yang mana?" Si sulung mendadak terdiam dan serius pandangiku.

"Lah, itu adikmu aja dah tau. Ayah dari tadi hubungi kita memakai no baru di HP yang dijanjikan buat adik. Hayyooo, kamu kecil-kecil dah pelupa yaaaa..."

"Wait! Koq bisa ayah jadi mantannya bunda?" Si sulung masih mendelik. Ish, ini ngewarisinsifat cemburu dari siapa sih yak?!

"Ya bisa dong. Kan bunda sempat pacaran dulu sama ayah. Jadi, ayah juga termasuk mantan pacarnya bunda dong. Paham?!" Uraiku sambil lebar tersenyum dan acak-acak kerudung si sulung.

"Iya kakak nih, gitu aja koq ndak tau. Sbentar,karena es krim di bandara mahal, aku mau beli di sini dulu saja. Kata ayah kita kan ndak boleh boros," si bungsu yang luas wadah pencernaannya susah ditebak segera melesat ke dalam supermarket. Aku dan si sulung bergegas memberesi sisa makanan dan beranjak ke mobil.

"Tolong sms mantannya bunda, kita setengah jam lagi sampai di bandara. Harus mampir dulu buat beli nasi Puyung pesanan si mantan," aku yang harus fokus menyetir meminta bantuan si sulung.

"Bunda, kalau misalnya nanti aku berjodoh tanpa harus pacaran, aku jadi ndak punya mantan seperti bunda dong."

"Tetap punya lah. Cuma sedikit beda istilah. Kakak nanti punyanya 'mantan calon jodoh', bukan 'mantan pacar'. Sama-sama ada kata 'mantan'nya kan?" Aku mengerling dan kedipkan dua mata ke si sulung.

"Ish, maksa!"

"Pengumuman-pengumuman. Nanti kalau ayah yang nyetir mobil, aku yang duduk di depan ya. Para perempuan harus di kursi belakang. Pengumuman selesai!" Tetiba si bungsu sudah sandarkan punggung di bangku belakang sambil jilati es krim.

"Astaga adik! Sehari ini perutmu sudah jadi box es krim deh!"

Si bungsu hanya lelet-leletkan lidahnya dan kembali sibuk habiskan es krim.

Sehari di Februari yang indah dan seru. Kami begitu sibuk bahagia dan nikmati hari, abai pada angka di kalender. Tepat di 14. Kabarnya hari kasih sayang. 

Sehari di Februari yang indah dan seru. Selepas sekian tahun terpisah. Suamiku bekerja di kapal layar. Terpaksa masih terus perpanjang kontrak kerja. Demi aku dan anak-anak dapatkan kualitas hidup terbaik. Idaman kebanyakan keluarga kecil lainnya seperti kami. Berangkat dan pulang tak tentu. Tak mesti.

Di sehari Februari yang indah dan seru.

*Selong 19 Februari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun