Benar saya pernah menginjak bangku kuliah di salah satu kampus negeri di Lombok. Namun, kegagalan menyelesaikannya dengan selembar kertas bernama ‘Ijazah’ membuat saya tak tega hati kenakan tarif, entah untuk kursus berbahasa asing (bahasa Inggris), menulis atau kelas dasar perbloggingan.
Terkesan tak profesional?
Di rentang dua belas tahun terakhir saya beruntung dapatkan koneksi internet, baik karena memang lingkup pekerjaan rutin saya saat masih di kota Semarang, pun saat ini menjagai warnet rumahan milik keluarga, hampir semua akun online sudah saya anggap sebagai ladang ‘dakwah’. Satu kata yang sejatinya cukup kompleks, demi saya jadikan setiap kata yang saya tuliskan, terbagikan online, tersebar pun tersimpan untuk selamanya semata demi tunaikan nilai-nilai kemanusian yang saya yakini.
Mulai sok agamis plus humanis?
Bagi saya, tak masalah. Inilah cara dakwah yang saya bisa, mampu dan ingin konsisten saya jalani sampai akhir. Saya hanya satu muslim dari milyaran muslim lainnya. Bukan penghapal alqur’an kecuali sedikit surah-surah pendek. Namun, dasar kewajiban berbagi meski hanya satu ayat, satu pijakan mendasar yang utama dari banyak pijakan positif lain yang menjadikan aktivitas menulis sebagai cara saya berbagi hal-hal positif. Sisi-sisi baik dari banyak hal. Hal-hal yang tentunya saya kuasai.Â
Sempat bekerja di kantor yang sediakan jasa trading forex online, saya bisa tuliskan sedikit pengalaman saya DI SINI. Kombinasi menulis dan pengalaman temani beberapa trip saya yakini menjadi pembuka rezeki saya sebagai kontributor web travel, web hobiis mancing atau sekadar berbagai lomba blog review produk.
BEYOND BLOGGING FOR EVERYONE
Saya kini menjadi ibu rumah tangga di tiga tahun terakhir. Di samping rutinitas harian sebagai istri dan ibu rumahan, satu kontrak menulis di web travel, komitmen menjadi ‘corong’ online salah satu bank sampah dan rumah kreatif milik kakak sepupu, serta berbagai genre lomba menulis pun aktivitas-aktivitas positif terkait.Â
Keluarga terdekat semakin memahami pernak-pernik dunia kepenulisan yang saya geluti. Sesekalih arus tinggalkan rumah demi lengkapi bahan atau tema utama tulisan. Memotret hampir segala hal, ‘modal’ dasar lainnya bagi banyak genre tulisan saya, mungkin tak sekarang. Tak menutup kemungkinan menjadi penunjang di tulisan-tulisan saya suatu hari nanti.
Pun semakin lekat dikomunitas-komunitas penulis, khususnya ibu-ibu blogger. Komunitas yang tak semata ibu rumah tangga saja. Banyak pula ibu-ibu blogger yang juga pekerja kantoran. Tanggung jawab lintas bidang dan profesi. Baru menjadi PNS atau pindah kantor, atau sudah pejabat eselon.Â