Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Beyond Blogging | Narsis Positif via Blogging

21 Januari 2017   14:03 Diperbarui: 22 Januari 2017   08:50 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beruntung hadir di Workshop & Jumpa Blogger Lombok Sumbawa.

All I wanna do is have some fun, I gotta feeling I'm not the only one..

Kutipan dua baris di bait refrain lagu penyanyi dan gitaris yang lekat di genre country, Sheryl Crow, All I Wanna Do. Musik latar yang menggerakkan saya memulai paragraf ini setelah 'terpana' hampir dua jam, tak bisa putuskan serakan diksi yang tepat sebagai pembuka.

SEKAPUR SIRIH KENANGAN

Meski tak intens, saya mulai menulis sejak lama. Di generasi majalah remaja berwarna dengan cerpen-cerpen manis dengan beberapa nama penulis yang --alhamdulillah, enggan lepas dari ingatan, Leila S Chudori atau Gus TF Sakai. Sedikit jejak yang memberanikan saya memasuki komunitas blogger di kota Semarang, di tahun ke-2 saya menghuninya sebagai penduduk pendatang. 

Oktober 2005, hampir 12 tahun berselang. Komunitas blogger kota Semarang yang kini menjadi komunitas blogger tertua (komunitas LoenpiadotNet) di kota multi budaya, juga satu komunitas diaspora lainnya, sesama orang-orang Sasak Lombok di perantauan yang ingin sedikit berbagi tentang apa pun melalui tulisan (Komunitas Sasak Diaspora di web SasakdotOrg).

Komunitas yang kemudian membesarkan saya dengan pengetahuan-pengetahuan mendasar di dunia perbloggingan. Sedikit bahasa pemograman (basic html), kode-kode warna, sekadar utak-atik gatuk foto header blog. Atau mengganti beberapa jenis font pun warnanya dengan warna favorit saya.D asar yang tak saya tekuni dan sampai kini ya begitu begitu saja.

Kegiatan lintas komunitas LoenpiadotNet di Semarang.
Kegiatan lintas komunitas LoenpiadotNet di Semarang.
11 12 pula dengan kemampuan menulis saya. Jika di era milisan masih femes, saya memang cenderung menuliskan apa pun formal. Kebiasaan yang juga terbawa saat sms-an atau ngobrol di grup-grup chat seperti BBM atau WA. Faktanya, tulisan formal namun tetap nyaman dibaca baru saya temukan dua tahun lalu. Efek kebiasaan positif yang berujung sama positifnya dan mulai berbuah manis. 

Fiksi-fiksi kompilasi, tulisan fiksi dan non fiksi yang berhasil memenangi pilihan hati para juri di berbagai lomba menulis (terbesar di kanal Kompasiana, Alhamdulillah) serta makin menjaga intensitas produktiftas menulis di berbagai portal menulis lainnya. Salah satu yang terbaik, menjadi salah satu kontributor web travel rujukan para traveler yang ingin kunjungi Lombok (kontrak sejak 2015 lalu) dan saat ini dipercaya juga menjadi salah satu tim admin Koteka (Komunitas TravelerKompasiana).

HERE IS MY BEYOND BLOGGING THINGS

“Saya ibu rumah tangga dan menulis. Kalau mau belajar, silakan atur waktu kumpulnya. Mari kita belajar menulis, gratis. Saya juga dapatkan banyak ilmu kepenulisan gratis, tak ada alasan bagi saya meminta Anda membayar.”

Sedikit penulisan ulang dari banyak kalimat lain bermakna sama.

Benar saya pernah menginjak bangku kuliah di salah satu kampus negeri di Lombok. Namun, kegagalan menyelesaikannya dengan selembar kertas bernama ‘Ijazah’ membuat saya tak tega hati kenakan tarif, entah untuk kursus berbahasa asing (bahasa Inggris), menulis atau kelas dasar perbloggingan.

Terkesan tak profesional?

Di rentang dua belas tahun terakhir saya beruntung dapatkan koneksi internet, baik karena memang lingkup pekerjaan rutin saya saat masih di kota Semarang, pun saat ini menjagai warnet rumahan milik keluarga, hampir semua akun online sudah saya anggap sebagai ladang ‘dakwah’. Satu kata yang sejatinya cukup kompleks, demi saya jadikan setiap kata yang saya tuliskan, terbagikan online, tersebar pun tersimpan untuk selamanya semata demi tunaikan nilai-nilai kemanusian yang saya yakini.

Mulai sok agamis plus humanis?

Bagi saya, tak masalah. Inilah cara dakwah yang saya bisa, mampu dan ingin konsisten saya jalani sampai akhir. Saya hanya satu muslim dari milyaran muslim lainnya. Bukan penghapal alqur’an kecuali sedikit surah-surah pendek. Namun, dasar kewajiban berbagi meski hanya satu ayat, satu pijakan mendasar yang utama dari banyak pijakan positif lain yang menjadikan aktivitas menulis sebagai cara saya berbagi hal-hal positif. Sisi-sisi baik dari banyak hal. Hal-hal yang tentunya saya kuasai. 

Sempat bekerja di kantor yang sediakan jasa trading forex online, saya bisa tuliskan sedikit pengalaman saya DI SINI. Kombinasi menulis dan pengalaman temani beberapa trip saya yakini menjadi pembuka rezeki saya sebagai kontributor web travel, web hobiis mancing atau sekadar berbagai lomba blog review produk.

Serunya update bahan tulisan sebagai kontributor web travel.
Serunya update bahan tulisan sebagai kontributor web travel.
Mom Blogger + River Tubing = Ulasan Travel Blog.
Mom Blogger + River Tubing = Ulasan Travel Blog.
Alhamdulillah, lulus lewati salah satu jeram di tubing sungai.
Alhamdulillah, lulus lewati salah satu jeram di tubing sungai.
Benar belum di capaian terbaik. Bagi saya, prinsip berbagi dan konsistensinya telah menjadi raihan terbaik saya. Tak ada saldo rekening dengan angka fantastis. Tak ada rumah, mobil, gadget up to date atau benda-benda kasat mata sebagai wujud raihan dan kesuksesan duniawi. Semoga belum. Kalau pun misalnya tetap tak teraih, saya akan kembali meyakini dan jalani niat awal. Mungkin tak sampai di angka puluhan tahun, namun  semoga jejak maya –terutama jejak kepenulisan seorang Muslifa Aseani, sejalan niat awal. Berbagi kebaikan, meski hanya satu ayat (baca: kalimat). Mungkin bahkan hanya satu kata.

BEYOND BLOGGING FOR EVERYONE

Saya kini menjadi ibu rumah tangga di tiga tahun terakhir. Di samping rutinitas harian sebagai istri dan ibu rumahan, satu kontrak menulis di web travel, komitmen menjadi ‘corong’ online salah satu bank sampah dan rumah kreatif milik kakak sepupu, serta berbagai genre lomba menulis pun aktivitas-aktivitas positif terkait. 

Keluarga terdekat semakin memahami pernak-pernik dunia kepenulisan yang saya geluti. Sesekalih arus tinggalkan rumah demi lengkapi bahan atau tema utama tulisan. Memotret hampir segala hal, ‘modal’ dasar lainnya bagi banyak genre tulisan saya, mungkin tak sekarang. Tak menutup kemungkinan menjadi penunjang di tulisan-tulisan saya suatu hari nanti.

Pun semakin lekat dikomunitas-komunitas penulis, khususnya ibu-ibu blogger. Komunitas yang tak semata ibu rumah tangga saja. Banyak pula ibu-ibu blogger yang juga pekerja kantoran. Tanggung jawab lintas bidang dan profesi. Baru menjadi PNS atau pindah kantor, atau sudah pejabat eselon. 

Apa tidak sibuk? Apa masih ada sisa waktu untuk menulis?

Sibuk? Tentu saja tetap sibuk. Sisa waktu? Mungkin sebenarnya tak ada. Namun disinilah justru, menurut saya, tantangan sekaligus seni tersendiri seorang blogger. Menyiasati waktu yang tetap 24 jam sehari sepanjang tahun, kombinasi dari rutinitas harian dirumah, kantor dan dunia sosial lainnya di luar rumah dan tempat kerja. Siasati waktu terbaik tuliskan ide-ide atau inspirasi pun tuntutan tema yang kadang tak kenal waktu. 

Sedikit saja berbagi, tips menulis a la saya, kompilasi sederhana dari belasan tahun menjadi blogger dan segala kompleksitasnya:

Pertama, mulailah dari kisah Anda sendiri. Ibu rumah tangga, pekerja kantoran, dentist, karyawan bank atau berbagai jenis serta lintas profesi.Mulai dengan sederhana. Mulai dengan rutinitas tanggung jawab Anda. Misal, pusingnya susun RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester) sesuai surat edaran rektorat terbaru. Juga masalah-masalah lain terkait masing-masing tanggung jawab profesi. Mulai tuliskan masing-masing hal yang Anda anggap sebagai masalah di satu paragraf sederhana. Bisa dengan hanya jabarkannya di dua kalimat. Prinsipnya, satu masalah atau tema atau kondisi di satu paragraf.

Kedua, jika dua sampai lima paragraf pertama berhasil dan tetiba ngadat, coba susun ulang masalah Anda kedalam beberapa garis besar (outline). Bantuan outline seringkali bisa menjaga ritme tulisan, menjaganya utuh. Pembuka, permasalahan mendasar, penutup. Sangat mirip dengan susunan laporan pekerjaan umumnya. 

Ketiga, menulis popular tak sama dengan penulisan makalah pun skripsi atau tesis yang standar metodologisnya sudah baku. Mulailah selalu dengan berpikir, ini tulisan saya sendiri, tentang dunia saya, semoga ada nilai positif yang bisa terbagikan.

Keempat, bebaskan pikiran. Serakan diksi tak hanya di buku-buku. Ia ada, lekat di segenap indera Anda (umumnya 5, kadang-kadang ada yang ‘beruntung’miliki indera ke-6). Tuliskan itu semua dengan pilihan kata yang Anda sukai.Membaca sekadar pengantar atau bekal berburu lelap? Serakan diksi ada di segenap penjuru mata Anda memandang, di keseruan bergosip dengan sesama, pada tangisan si kecil yang kehausan dan segera butuh botol susunya. 

Kawan blogger dari Mataram beli dua buku kompilasi saya bersama Rumpies The Club Kompasiana, Alhamdulillah. Thanks again Zi ^_^
Kawan blogger dari Mataram beli dua buku kompilasi saya bersama Rumpies The Club Kompasiana, Alhamdulillah. Thanks again Zi ^_^
Kelima, jika dengan empat tips di atas Anda sampai di kalimat, “Sudahlah,mungkin saya memang manusia yang ada di luar garis dari semua proses menulis.Bukan membaca, pembeli buku atau sumber tulisan..” Baik. Ijinkan saya untuk itu meminta, setidaknya klik vote dan tinggalkan komen untuk tulisan ini..*ehlho 

Lima tips diataslah yang masih menjaga ibrah (semangat) menulis saya. Cara saya merasa bermanfaat bagi yang lain, di luar keluarga kecil saya. Cara yang saya niatkan sebagai bekal terbaik saya di kehidupan selanjutnya (sesuai keyakinan saya). 

Meski masih seringk arena alasan-alasan khusus atau tertentu (minimal karena sedang berlomba), semoga makin sering demi niat awal, dakwah. Berbagi kebaikan. Sebarkan kebaikan. 

Jika masih saja terkesan begitu ideal, setidaknya satu hal tambahan yang saya yakini, masing-masing jaman benar miliki masing-masing nilai baik yang diyakini. Jadi, anggap saja, sebagian besar tulisan saya yang –semoga selalu ada, berusaha sisipkan kebaikan atau nilai-nilai positif benar telah gambarkan kebaikan dari jaman yang sedang saya lakoni. Era penutup abad 20 dengan kemudahan hidup berkat temuan berbagai produk teknologi, pun awal abad 21, masa digital ketika hampir semua batas dinisbikan asbab digitalisasi kehidupan di banyak sisi.

Anggap saja menulis sebagai pekerjaan abadikan banyak hal. Bismillah iya, saya hanya sedang berusaha abadikan nilai-nilai kebaikan serta positifnya jaman ini. Kombinasi dunia teknologi dandigitalisasi, tetap sebagai pegangan hidup menuju jaman akhir nan kekal. InshaAllah aamiin.

*Selong 21 Januari

Tulisan ini disertakan di Event Beyond Blogging di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun