Pertama, besarnya potensi ecowisata dari lahan hutan mangrove yang terdapat di Lombok Timur. Baik itu yang sudah tumbuh lama, pun lahan-lahan baru yang sedang dikembangkan komunitas setempat (Labuhan Haji atau kawasan pesisir lainnya di Lombok Timur). Hal ini sempat saya ulas (meski terasa jadi kurang mendalam selepas dapatkan dua materi di acara ini) di tulisan berbayar saya di satu travel blog.
Selain saya, lima penanya lain di sesi dialog saya coba rangkaikan informasi umumnya. Semoga sampai di niatan pelengkap dari materi-materi yang disampaikan Ibu Hanni dan Ibu Endah.
- Mewakili komunitas bank-bank sampah yang hadir, pentingnya menjaga inovasi, spesifikasi design produk demi nilai jual lebih tinggi serta target pasar yang lebih luas. Di mana, tingkat keterbelian tinggi dari produk-produk olahan sampah plastik ini, langsung atau pun tidak berikan efek mencegah semakin rusaknya lingkungan. Terutama kawasan pesisir.
- Memaksimalkan akun-akun social media demi sinergitas kegiatan offline yang kemudian terbagi pula secara online. Era digital saat ini membuat semakin banyak pihak yang menjadi public netizen, dus membuat mereka mampu menyerap informasi-informasi secara lintas batas.
- Keterhubungan offline dan online ini lah yang nantinya diharapkan mampu meraih pencapaian ideal, terselamatkannya sumber daya alam (SDA) kawasan pesisir. Lebih jauh lagi, kemaslahatan tinggi dari sekian banyak potensi SDA kawasan pesisir bagi kesejahteraan masyarakatnya sendiri.
InshaAllah, aamiin.
*Selong 15 September
Mangrove Forest Gili Sulat dan Gili Lawang Lombok Timur