Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[100HariMenulisNovel] #39 ALUY

14 Mei 2016   10:14 Diperbarui: 14 Mei 2016   10:20 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran pertama selepas kepergian bapaknya, Baiq temukan keluarga dekatnya yang baru, adik tiri dan adik sepupunya. Menghangatkah hubungan Baiq dan ibunya dengan kehadiran mereka?

(Epilog Aluy 38)

Hari-hari terakhir puasa tak sempat lagi buat kunjungi Galih, pun Ranti. Masing-masing kami disibukkan persiapan lebaran, perayaan hari kemenangan selepas berpuasa sebulan. Kesibukan yang abaikan perasaan-perasaan tak perlu, seperti diamnya aku dan ibu. Nyatanya, hampir setiap hari ada saja bibi atau keluarga jauh lainnya yang datang berkunjung. Beberapa kuliner khas Jogja yang kubawa pulang sebagai bingkisan oleh-oleh mulai terbagi habis.

Kebiasaan tahunan keluarga besarku di Lombok, saling mengantarkan kuliner khas yang umumnya terhidang saat berlebaran. Kombinasi kue olahan beras ketan terbaik. Jaje Tujek dan potengnya (tape beras ketan). Beras ketan kualitas terbaik akan berikan tekstur Jaje Tujek yang putih bersih, kenyal dan lebih tahan lama. Tentu saja pilihan tepat kelapa yang kulit coklat dagingnya dikupas bersih juga syarat utama, pelengkap, hasilkan Jaje Tujek yang pulen dan lembut. Potengnya pun jadi terasa manis. Kukusan ketan yang kemudian ditaburi ragi. Satu-satunya yang masih sulit kujelaskan pada anak-anak, penjelasan ilmiah bagaimana sebutir cabe rawit matang segar harus ditancapkan ditengah-tengah ketan yang didiamkan bersama ragi kemudian janjikan rasa manis sempurna pada poteng, dua atau tiga hari kemudian. Beberapa penganan lain yang juga berbahan dasar ketan sudah memenuhi lemari makanan dan kulkas. Aku dan mas Bagas memilih untuk lebih memperbanyak jenis buah-buahan. Perayaan lebaran akan penuh dengan lauk serba daging. Kebiasaan berikutnya, segera teruskan puasa sunnah di pekan awal Syawal atau hari kedua lebaran. Akan sangat tidak nyaman berpuasa dengan perut begah karena terlalu banyak protein hewani dari lauk serba daging.

***

“Gudegnya masih ada? Simpan dua besek untuk pilihan lauk di lebaran lusa.”

Ibu sedang siapkan puluhan amplop kecil berisi beberapa uang kertas kaku, hasil menukar di bank. Akan banyak para cucu, keponakan dan keluarga besar lainnya yang selalu kebagian amplop dari rumah besar berpagar coklat.

“Masih ada lima besek bu.”

“Ranti dan Galih sudah diantarkan gudegnya?”

“Sudah juga. Aku sudah minta Paman Muis sekalian antarkan pas ke Mataram kemarin siang.”

“Temani Maryam siapkan piring dan gelas. Ibu kemarin sempat beli yang motifnya serba biru dan ungu. Pasti serasi dengan cat baru rumah. Nah, selesai. Ingatkan ibu, amplop-amplop ini ibu simpan di laci meja rias. Lebaran nanti simpan di kotak beludru hijau, letakkan di atas lemari ruang tengah yang biasa. Jadi tak ada yang tak dapatkan amplopnya.”

“Baik bu.”

Percakapan tentang persiapan lebaran yang tak habis-habis. Rutinitas berulang, namun selalu masih ada ini itu yang terasa belum lengkap.

“Ah, untung tak lupa. Minta Muis keluarkan kursi dari gudang. Siapkan di teras timur. Di lemari taplak, ibu sudah beli beberapa pita pengikat. Tiga lusin sepertinya. Kombinasikan dengan pita tahun lalu. Hijau dan biru masih tetap cantik karena kain pembungkus kursinya warna putih gading.”

“Iya bu.”

“Pita dan bungkus kursi dicuci dulu. Pakai pewangi yang biasa. Oia, ibu sudah telpon agen pembersih kolam. Mungkin akan datang agak siang. Siapa tahu nanti ada anak-anak yang ingin berenang, kolam juga harus bersih.”

“Baik bu.”

Kemudian ibu sudah menghilang di balik pintu kamarnya. Meski terbuka, bahkan sampai hari ini aku belum ingin masuk ke kamar ibu. Tapi, aku pastikan di subuh hari kemenangan nanti, akulah yang akan memeluknya terlebih dahulu, persis di kejap pertama ibu terbangun dari tidurnya.

--Bersambung--

Rangkaian cerita sebelumnya: 

ALUY - Kepergian. 

ALUY - Pertemuan 1. 

#31 | #32 | #33-#37  | #38

Olah diksi ini meramaikan Event Tantangan 100 Hari Menulis Novel Fiksiana Community.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun