Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[100HariMenulisNovel] #25 ALUY

12 April 2016   18:15 Diperbarui: 12 April 2016   18:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Loh, gori di presto ya ancur tho bu…”

“Heh?! Oh, dagingnya maksud saya. Maaf nggih bibi.”

Tak lagi mendengar kalimat selanjutnya dari bibi Ratmi, otakku makin sibuk mereka-reka. Haruskah langsung hubungi Ranti dus langsung mengundangnya? Menunggu mas Bagas pulang nanti malam dan minta pertimbangannya dulu? Kabari Aluy, berharap kalimat-kalimatnya pun prasangka-prasangka baiknya yang selalu benar tentang sikap ibu kuatkanku dan bisa segera hubungi Ranti? Satu mug latte. Ya, aku butuh satu mug latte. Wet latte.

Sesapan kedua, aku merasa tahu apa yang harus kulakukan.

Maaf tetiba nyolek kamu di jam kerja begini. Barusan ibu menelponku, mengundangmu sekeluarga berbuka bersama di hari awal puasa nanti. Aku dan anak-anak rencananya akan menginap di rumah tiga hari pertama puasa. Pilih saja hari yang kamu sukai. Ibu bilang, Paman Muis sopir keluarga kami akan jemput antar kalian. Menurutmu bagaimana?

Pesan WA yang panjang. Tak lama, satu garis tanda rumput terbaca. Nomor Ranti sedang off. Mungkin ia sedang ada sidang atau meeting klien. Tiba-tiba, di ujung membatin dugaan ini, aku teringat berkas-berkas tanah yang dulu Ranti berikan padaku. Apa harus menghubungi Ranti sebagai kliennya? Jadi, aku takkan terlalu bersalah menghubungi nomor resmi di kartu advokatnya. Tak temukan konklusi dan solusi, aku tandaskan latte dan beranjak ke atas. Berendam di air hangat dengan shower gel aroma musk seharusnya bisa meredam panasnya otakku sepagian ini.

***

“Loh, bukannya terakhir kamu bilang, kunjungi Ranti akan jadi misi rahasia yang tak diketahui ibu? Mengapa ujug-ujug justru ibu meminta mengundang Ranti?”

“Tau tuh mas…Mungkin seharusnya ide apa pun di kepalaku tak perlu terucap. Sejak kematian bapak, ibu semacam punya sixth sense, indera ke enam yang serba tahu apa pun yang kuinginkan. “

“Oh iya? Bagaimana kamu tahu?”

“Mas ingat terakhir aku minta dibantu hubungi ibu demi agar ibu tak menolak? Meski memang biasanya ibu tak pernah menolak permintaan mas Bagas, yang terakhir itu ibu langsung mengiyakan di kalimat pertama kan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun