"Oh iya. Aku koq lupa ya. Well, pokoknya begitu saja. Jaga-jaga, siapa tahu dapat wangsit entah dari mana, ibu hubungi mas Bagas dan pastikan kenapa kami lewatkan semalam di Mataram. Terutama memastikan putri tunggalnya yang cantik ini mematuhi peringatannya. Well, benar begitu."
Tak sadar, aku angguk-anggukkan kepala mantap saat ucapkan kalimat panjang ini. Baru tersadar ketika wajah mas Bagas menertawaiku geli dan mengakhirinya dengan usapan lembut di kepala.
Seringai lebar kini hiasi wajahku. Malam itu aku bermimpi, dua mug kopi hitam tanpa gula, temani obrolan panjangku bersama Ranti.
--Bersambung--
*Selong 11 April
Rangkaian cerita sebelumnya: ALUY - Bab 1: KEPERGIAN.
Olah diksi ini meramaikan Event Tantangan 100 Hari Menulis Novel Fiksiana Community Kompasiana.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI