Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[100 Hari Menulis Novel] #24 Aluy

11 April 2016   10:17 Diperbarui: 11 April 2016   10:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Kamu yakin itu kamuflase rasa sayang? Tapi, ini ibuku. Ya. Ah, aku benci ketika kamu selalu benar begini.'

Alih-alih ketikkan kalimat, Aluy yang tertawa lebar memenuhi layar LED 32 inchi di ruang tengah. Laptopku terkoneksi ke TV LED, memunculkan wajah Aluy yang kadang bergerak tersendat asbab koneksi yang kadang tak stabil.

'Ish, ketawanya nggak enak banget. TV LEDku terancam lebur nih gegara efek tawamu yang membahana begitu.'

'Maaf, maaf. Aku benar-benar tak pernah bosan setiap dengar pujianmu itu...'

'Astaga! Dikata pujian!'

Gelengan kepalaku serupa bensin, berikan efek lucu luar biasa bagi Aluy.

'Astagfirullah. Sudah ah, sudah. Di sini hampir tengah malam. Beruntung aku chatnya di kamar. Mas Soesilo masih lembur di kantornya, jadi aku bisa terbahak tanpa jawabi keheranannya. Sudah dulu ya Baiq. Semoga kebahagiannku tularimu. Gotta off now. Wassalamu'alaikum.'

Video chat berakhir dengan latar suara tawa Aluy. Mulutku mengerucut, paduan rasa jengkel tertahan, juga kelegaan luar biasa. Meski sudah merasa miliki Ranti, keberadaan Aluy tak sepenuhnya bisa kuabaikan. Di samping kesediaannya masih dengarkan keluh kesahku. Tak berbayar. Minus pretensi.

Malamnya giliran mas Bagas yang harus tahu. Bedanya, padanya aku hanya bagikan ending. Persetujuan tak tercegah pada apa pun keinginan ibu.

"Aku akan bilang ke ibu, kita mengunjungi keluarga Aluy. Selepas tarawih, ngopi bareng di rumah Ranti dan kita menginap semalam di hotel favorit anak-anak di pusat kota. Ibu tak perlu tahu kunjungan ke rumah Ranti. Ok, mas?"

"Wah, rencana sedetil itu, rasanya tak ada celah buatku menolak. Tapi, aku tak yakin apa bisa dapatkan cuti di hari-hari awal puasa. Sebagian sudah ku ambil untuk temani liburannya anak-anak kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun