Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belahan Jiwa

7 April 2016   12:28 Diperbarui: 7 April 2016   12:44 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="DokPri: Perahu sandar di Pantai Tangsi atau Pink Lombok Timur."][/caption]Tentang Lalu

Kau yakinkan aku, benar padaku semua sandaran hidupmu

Tentu saja kupercayaimu, karena itu pula inginku

Semua kisah masa depan terjalin satu

Atas dan demi padu padan cinta, pun kasih sayang

Tentang Luka

Kemudian tak sekali dua, cinta pun kasih sayangku, kau

Dipertanyakan atas sekian luka, pun tangis-tangisku yang menggugu

Tak terhitung kali yakinku bermonolog, benarkah kita satu

Jika lukaku, kau, bertambalan, berserabut jelaga

Tentang...?

Pada indera kita, lalu lalang kisah kasih berniat sama

Bersatu rasa, terangkan pun gelapkan apa, mengapa,siapa, untuk apa

Jika sadarku yang terlambat, sesali pilihku terangkan begitu banyak gelapmu nan berjelaga

Harapku akhirmu dan aku bertabir tebal, tertutup dari segala, maukah percayaiku?

 

Bahwa aku dan kau sama masih berharap di padu padan cinta juga kasih sayang

Yakinkan setiap yang kita cintai dan cintai kita, kisah awal kita nyata membayang

Akan benar aku sandaran semua hidupmu, seperti inginku yang semoga tak hilang

Jadi jawaban pertanyaan sekian luka dan tangias-tangis yang menggugu

 

Bahwa hati dan jantung kita yang padu padan kasih sayang pun cinta

Hanyalah antar lahirnya hati dan jantung lain yang --sama berharap dapatkan-- padu padan serupa

Akulah rusuk kirimu, atau, kaulah rusuk kiriku --mengapa tak sepakatinya saja?

Kita berbeda, tapi satu harap, padu padan kasih sayang pun cinta terjaga sampai akhir

 

Kau belahan jiwaku, atau, aku belahan jiwamu

Jantung pun hatiku, kau, salah dua dari jantung pun hati tak terhitung pada sejarah bumi

Tasbihkan masing-masing jantung pun hati pilihannya

Sebagai belahan jiwa, usaha terjaga sampai akhir 

 

Aku belahan jiwamu, atau,kau belahan jiwaku

Serupa sampan nelayan yang selalu bersandar pada pantai, lelapkan sedikit lelah

Seteguh karang laut, terkikis ribuan luka, namun serakannya menjadi pasir putih terlembut pada jejak hidup

Setia bagai rotasi matahari dan bulan yang takkan ingkari sunnahNya

***

Jadi Arin, marilah sama kuatkan diri. Akhir belum lagi sepenuhnya hampiri kita. Percayai aku --masih, belahan jiwamu, sepertiku yakini hal sama.

*Selong 7 April

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun