[caption caption="DokPri: Koleksi Foto Orangtua Bani - FB Bani Madya Alsuras."][/caption]"Mana kak Taufan?"
Setengah bergegas, Pak Ahmad Fauzan menyapa saya yang asyik menatapi layar 17 inchi, PC server warnet sederhana milik kakak sulung saya.
Mamak yang mengetahui kedatangan dari suaranya yang keras dan sampai ke ruang tengah, menyahut keras, "Masih ke Tanjung Luar. Mancing katanya. Semoga dapat ikan besar.."
"Gimana-gimana?" Timpal saya. Sepasang mata saya masih mencuri pandang ke monitor. Baru saja publish salah satu fiksi kejar setoran milik saya. Memastikan tak ada salah ketik serta kekeliruan penempatan tanda baca.
"Tolong bantu cetakkan surat ini. Saya mau mencari dukungan dana buat temani putra saya ke kejuaraan catur di Jakarta..."
Tak lama, alarm jurnalis lepel Kompasianer milik saya berbunyi nyaring. Bahan reportase aktual nih.
Sama-sama bergegas, saya dengan ketikan surat permohonan bantuan dana yang ditunggu, Pak Ozan (nama kecil orangtua Bani Madya Alsuras si pecatur cilik Lombok) dengan keharusan segera edarkan surat tersebut ke pejabat-pejabat di eksekutif Pemda Lombok Timur. Ia berharap bisa temani putra semata wayangnya di momen persiapan kejuaraan internasional yang hendak diikutinya, selama 22 Maret sampai 4 April nanti di Jakarta.
"Anak saya kabarnya akan dilatih dulu oleh empat master. Dana ini saya harapkan membantu saya menemaninya selama dua pekan tersebut. Kalau ke Mongolianya sih tak perlu dulu," jelas Pak Ozan panjang lebar.
Raihan prestasi tertinggi Bani Madya, meraih perunggu pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2015 yang berlangsung di Makassar 2 sampai 8 Agustus tahun lalu. Bersama-sama dengan Marsel Davidson dari Kalimantan Barat, Yeremia Gerry Gibran Wibowo dari Bogor Jawa Barat serta Bani sendiri, urut-urutan juara di nomor standar perorangan putra.
[caption caption="DokPri: FB Bani Madya Alsuras - Di salah satu pertandingan nasional."]
Terlahir tunggal dari orangtua Ahmad Fauzan (42 tahun) dan Asmulyati (39 tahun), sosok anak pantai ini terlahir tiga belas tahun lalu di Desa Labuhan Haji Lombok Timur NTB. Tepatnya pada 1 November 2003.Â
"Anak saya mulai menyukai catur sejak masih enam tahun, Mbak. Tanya Mamak, dulu saat mengerjakan perahu Kak Taufan, Bani sudah pede menantang catur Mamak," tanpa diminta, bangga Pak Ozan berkisah.
"Iya. Susah sekali memenangkan permainan caturnya setiap melawan Bani," tegas Mamak. Predikat pecatur sepanjang masanya (lepel rumah kami ya) terusik oleh keteguhan Bani kecil dengan setiap langkah bidak yang dipilihnya.
"Meski semakin sering berpergian keluar kota untuk perlombaan-perlombaan catur, Bani tetap juara kelas."
Tercatat menjadi siswa kelas enam SDN 4 Labuhan Haji, risiko semakin dekatnya waktu ujian akhir sekolah sudah dipertimbangkan bersama. Baik Pak Ozan sebagai wali Bani, juga pengurus Percasi Lombok Timur.
"Wah, dari Januari kemarin saya sibuk terus mbak. Harus emailkan berkas ini itu, kartu keluarga segala macam. Syukurlah Pak Miftah, Ketua Percasi Lombok Timur, memberikan dukungan penuh. Beliau yang bersemangat mengingatkan saya menjalani semua proses itu. Termasuk menguruskan paspor dan visa Bani secara online," tambahan informasi lengkap lainnya dari Pak Ozan.
Ah, punya informan sebaik ini selalu menyenangkan. Meski di mini interview mendadak begini.
Tak terasa, selembar surat permohonan bantuan dana telah selesai saya ketik. Print out lima lembar, sembari ringan bergurau saya tegaskan untuk tak usah mengganti biaya tinta dan kertas warnet.
"Sudah, anggap saja ini bentuk dukungan saya, Kak Taufan dan Mamak buat Bani. Kami tak bisa berikan ongkos tambahan. Belum jadi pejabat semua ini," lebar senyum saya saat berucap.
"Oia, saya boleh menulis tentang Bani? Ini, lihat. Saya penulis di Kompasiana. Cuma bentuk lain dukungan buat Bani."
"Boleh."
"Punya akun fesbuk? Syukur-syukur ada foto Bani di masing-masing kejuaraan yang pernah diikutinya."
"Ada. Akun FB saya, tapi memakai nama lengkap Bani."
Ketikkan nama lengkap Bani di fitur searching akun FB, benar saja, foto profil menggunakan foto keren Pak Ozan. Beruntung, foto-foto Bani saat berlomba catur banyak yang tersimpan di galeri. Di bawah arahan pak Ozan sendiri, saya memilih foto-foto terbaik Bani.
[caption caption="DokPri: FB Bani Madya Alsuras - Pose serius bersama papan catur."]
Asian Youth U8, 10, 12, 14, 16, 18 Championship 2016 di Ulaan Bataar Mongolia pada 5 sampai dengan 15 April nanti telah resmi muncul di situs Federasi Catur Dunia (FIDE-Federation Internationale des Echecs, singkatan berbahasa Perancis). Kejuaraan internasional yang akan diikuti Bani. Event kelas dunia pertama baginya, selepas event-event nasional sepanjang karir bercatur Bani.
"Saya masih harus siapkan set pakaian dingin juga untuk Bani. Kabarnya Mongolia sedang dingin saat perlombaan berlangsung. Karena biayanya jauh lebih besar, saya tidak perlu temani ke Mongolia. Toh Bani sudah sering berlomba ke banyak kota besar lain di Indonesia. Dia sudah terbiasa hanya ditemani official team saja. Minta doanya ya Mbak, Mamak..."
"Wah, pastilah doa terbaik kami buat Bani. Saya bangga sekali, seorang Bani sukses menjadi pecatur muda. Khususnya karena dia Putera Lombok." (Ssssttt, kedaerahan sedikit boleh yaaaa. Kan kategori Regional ini).
"Sabar dan tetap semangat ya Pak Ozan. Semoga dukungan dananya memungkinkan Bapak temani Bani sampai Jakarta."
[caption caption="DokPri: FB Bani Madya Alsuras - Pak Ozan saat temani Bani ke Balikpapan."]
[caption caption="DokPri: FB Bani Madya Alsuras - Karpov muda Lombok, pose berlatar bebatuan pelabuhan Labuhan Haji Lombok Timur."]
Sukses ya Bani. Jadilah Karpov muda Indonesia yang selalu juara di tiap perlombaan. InshaAllah, aamiin.
Selong 20 Maret
Referensi:
- Wawancara langsung dengan Pak Ahmad Fauzan - orangtua Bani.
- Profil Bani Madya Alsuras di situs FIDE
- O2SN 2015 Makassar
- Asian Youth Chess Championship Ulaan Bataar Mongolia
- Prediksi Umum Cuaca Mongolia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H