Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Essai Foto] Pareidolia di Senja Labuhan Haji

12 Maret 2016   17:50 Diperbarui: 16 Maret 2016   14:58 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Beberapa angle foto di kompleks Pelabuhan Labuhan Haji Lombok Timur-DokPri"][/caption]Menetap di kota Selong kabupaten Lombok Timur, satu dari empat kabupaten di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat(NTB) masih selalu temukan senja indah di salah satu garis pantai sisi timur pulau. Tepatnya di kompleks pelabuhan Labuhan Haji, dengan nama desa nelayan yang sama.

Spot pantai wisata yang pas bagi keluarga, bahkan sejak kelahiran saya, pun kisah-kisah naik haji moyang saya menggunakan kapal laut. Ibadah dari satu rukun agama yang saya yakini, memisahkan yang berangkat tunaikan haji hampir setengah tahun dari keluarga besar tercinta.

Pun kisah desa pesisir yang sempat sisakan beberapa bangunan tua peninggalan jaman penjajahan Belanda serta bangunan toko-toko yang pernah ramai dijamannya kemudian kosong di tragedi kemanusiaan tahun 1965.

Berburu sunrise (matahari terbit) atau sunset (terbenam) selalu berikan tambahan memori foto-foto indah. 

Sunrise berlatar bebukitan dari siluet pulau Sumbawa dan sunrise dengan siluet Rinjani nan biru. Perahu nelayan yang mengadu nasib menjala ikan bagi rezeki keluarga mereka menjadi penyempurna foto-foto indah. Bahkan di beberapa tahun terakhir, siluet dua menara lampu mercusuar di sisi kiri dan kanan kompleks pelabuhan juga menjadi penanda, sunrise Labuhan Haji semakin menjadi brandmark kota Selong, ujung timur pulau Lombok.

[caption caption="Sunset berlatar tower operator dan siluet Rinjani-DokPri"]

[/caption]Akhir tahun 2015 lalu, tepatnya di hari raya umat Kristiani, keluarga kecil saya kembali berkesempatan menikmati senja Labuhan Haji. Berangkat dari kota Selong, bermotor tak sampai setengah jam, saya menemani anak-anak bermain air di sisi kanan kompleks pelabuhan. Suami saya dengan piranti mancing serta teknik castingnya, memilih langsung menjemur diri di bebatuan pemecah ombak, di ruas lajur mercusuar berlampu hijau. Bagian kiri ketika memasuki kompleks pelabuhan yang memang di pagar besi dengan satu gerbang utama yang selalu ditunggu penjaga. Setiap motor atau mobil yang ingin memasuki kompleks pelabuhan membayar minimal dua ribu rupiah kepada para penjaga. Sekedar penambah uang rokok.

Lantunan ayat suci mulai terdengar seiring senja yang mulai menua. Selepas membilas badan di toilet mushola di jejeran berugaq pantai Labuhan Haji, saya mengajak anak-anak berjalan santai, menyusul ayah mereka di spot memancingnya. Di sela perjalanan itu, gadget berbekal fitur kamera HP 2 MP saya fungsikan, terbesar merekam kebersamaan putri dan putra saya. Selewat bangunan kantor utama, sang mentari mulai membiaskan warna senja favorit saya. Bias jingga, orange dan violet samar. Beberapa petak kolam berisi air dangkal dengan pepohonan rindang dipinggirannya menarik hati saya. Sesaat memantas-mantaskan angle shot terbaik, saya khusyuk mengabadikan proses beranjaknya sang mentari ke peraduan.

Tak sadar, beberapa shot sunset yang saya abadikan ternyata berujung pada beberapa spot Pareidolia.

[caption caption="Kumpulan awan sore yang membentuk wajah-DokPri"]

[/caption]

[caption caption="Kumpulan awan sore serupa wajah manusia-DokPri."]

[/caption]Total ada sembilan shot yang saya abadikan sampai bentukan awan serupa wajah benar-benar menghilang. Seingat saya, saat mengabadikan beberapa shot ini, sayup-sayup ke kejauhan telah terdengar adzan maghrib. Penyeru untuk bersegera berteduh di balik atap rumah, mengambil air wudhu dan lengkapi rukun sembahyang selepas seharian mencari rezeki. Penampakan wajah-wajah ini serasa mengingatkan siapa pun yang menyadari keberadaannya, ambang senja tak seramah pun secantik bias jingga, orange dan semburat violetnya.

[caption caption="Dua shot terakhir, posisi lingkar wajah semakin ke bawah-DokPri."]

[/caption]

Merujuk ke Wikipedia: ...Pareidolia (pengucapan bahasa Inggris: [pærɪˈdoʊliə] pa-ri-doe-lee-ə) ) adalah sebuah fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak (seringkali sebuah gambar atau suara) yang dianggap penting. Contoh umum termasuk melihat gambar binatang atau wajah-wajah di awan...

Di lain waktu, saya terkesima dengan kipas raksasa di langit senja salah satu bendungan besar di Lombok Tengah, Dam Pandan Duri. Atau angkasa orange di sudut femes pantai Senggigi Lombok Barat.

[caption caption="Senja terpisah di Lombok Tengah dan Lombok Barat-DokPri"]

[/caption]Sejak menangkap fenomena wajah di satu senja Labuhan Haji tersebut, saya semakin awas dus waspada dengan penampakan awan. Meski tak selalu berbekal kamera digital, kamera gadget 2 mp milik saya, saya harapkan tetap masih luangkan memori yang cukup menangkap shot-shot sejenis. Bahwa angkasa dan langit yang luasnya tak berbatas, terkadang tak enggan berbagi sedikit rahasianya pun keindahannya. Tentang rupa-rupa wajah manusia, atau sekedar gumpalan yang mengekor liarnya imajinasi si pemandang.

*Selong 12 Maret

Referensi:

- Pareidolia di Wikipedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun