puisi merekah. Keduanya saling pandang.
Keduanya saling berbisik: “Apa yang mesti dibikin? Kisah
damai, enteng, penuh warna? Ataukah, kisah gempal dan
sesak barut?”
kalimat dari mulut penyair mengerling. Terus meliuk.
Meliuk seperti tarian burung gaib berburu bintang.
Kampung dari mulut puisi tak mau kalah. Lalu mengigal.
Mengigal seperti gunung lepas pasaknya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!