Tegak punggungnya melorot sudah, Ben hanya tatapi ujung jempol kakinya. Salah satu ujung syarafnya refleks ingin mengutuk mati, namun ribuan syaraf lainnya mengedepankan rasa berbeda. Nelongsooooo, atiiiiiku nelongsoooo...
'Rangggaaaaa..!!'
Sekejap... Dian Sastro bagaikan bidadari habis mandi pakai sabun wangi dan parfum melati. Berkelebat di depan Ben, sosok semoknya bergerak seolah bayangan. Kejap kedua, 'Woi!! Pegang mik-nya yang bener!! Bengong haram!!' (Mbacanya Maek ya, bukan MI-KE. MIKE lagi jadi calon yang digadang-gadang sebagai Kompasianer of the Year). Again, Maek yak).
Kejap ketiga, sedetik tongkat yang dipegang Ben agak goyah namun segera ia benahi dan tongkatnya kembali tegang. Setengah mug White Frappe di atas meja cafe bulat putih di ujung tongkat mik, DiSas dan Nicholas di ujung sejarak selemparan kolor ijo, wajah mereka dilap, dibedakin ulang. Cleguk! Perasaan gua minta dinner, kenapa ujug-ujug jadi pemegang mik di lokasi syuting AADC?!(^(*%(%^
Yaelah Ki, nanggung amat ngabulin permintaan muridnya. Iya kallleee dinner, walau memang jadi bersama DiSas mulu, ngopi berdua (yang bener, pas kru film pindah lokasi shoot, setengah mug White Frappe sisa DiSas langsung ditandaskan Ben. Samar bekas gincu dipas-paskan benar, segitu juga Ben merasa melayang, rasanya serupa kuluman lembut bibir DiSas..), ciumi wangi tubuhnya (secara pemegang mik mang kudu deket-deket).
Ki, elu mang baek. Seenggak-enggaknya bukan cuma gua yang bahagia. Honor megang mik bisa buat setoran ke Mak gua. Makasih ya Ki....
*Selong 30 Nopember
Fikber #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9 | #10 |Â
Glossary [Terjemahan sesuka penulis]:
Your Face! : Raimu!