Maka itu perbaikilah jika ada sinyal-sinyal yang kita tangkap bahwa orang-orang membicarakan kita. Apalagi mengkritik kita. Jangan melawan penilaian umum. Jika melawan, kita akan jatuh tersungkur. Bahkan malu. Soeharto saja bisa jatuh karena melawan sinyal-sinyal negatif dari rakyat. Apalagi kita yang bukan siapa-siapa.
Kembali ke puisi: sekali lagi, kepekaan membuat kita cepat menangkap hal-hal yang tak terlihat oleh mata, telinga, dan rasa orang biasa. Lebih jauh, kita pun akan terbawa memasuki lorong-lorong untuk menemukan persoalan sesungguhnya dari apa yang kita tangkap itu. Dari lorong terdalam itu kita berangkat menulis.
Jadi kita tidak menulis dari mulut lorong dan hanya menggambarkan apa yang ada di sekiling lorong itu. Tapi menulis dari kedalam terdalam lorong. Itu bukan hanya membuat puisi lebih kuat, tapi juga lebih dramatis. Nah, saya membayangkan, sisi magisnya muncul dari sana.
Selamat hari minggu, salam puisi selalu.
DEPOK Â 06102024 | MUSTAFA ISMAIL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H