Mohon tunggu...
Mustafa Ismail
Mustafa Ismail Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan pegiat kebudayaan

Penulis, editor, pegiat kebudayaan dan pemangku blog: musismail.com | twitter: @musismail dan IG @moesismail

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki yang Ditelan Gerimis

9 Agustus 2012   16:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:01 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Entahlah,” Suman menggeleng.

Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Suasana memang begitu menyakitkan, begitu menyedihkan.

“Omong-omong ada acara apa kau pulang?” Suman lalu bersuara.

“Aku mau menjemput orangtuaku dan membawanya ke Jakarta. Kasihan kalau mereka terus tinggal di kampung. Banyak suara dar-der-dor. Mengerikan. Aku tidak tenang kalau mereka tetap berada di kampung. Kepikiran terus.”

“Iya, memang pilihan tepat. Banyak orang yang punya anak atau familinya di Medan, Jakarta, atau di mana, meninggalkan kampung. Mereka tak kuat hidup di kampung. Tetapi yang paling kasihan orang- orang yang tidak punya siapa-siapa di luar Aceh, mereka tidak tahu harus ke mana.”

“Kau sendiri kenapa tidak mengajak orangtuamu tinggal di Banda Aceh? Kan di sini relatif lebih tenang.”

“Orangtuaku mana mau diajak meninggalkan kampung. Meski tak nyaman dan selalu dicekam ketakutan, mereka lebih senang berada di sana.”

“Ya, memang soal pilihan. Tetapi mudah-mudahan orangtuaku tidak menolak.”

“Mudah-mudahan.”

“Kalau begitu, aku balik dulu ya,” katanya sambil menyodorkan tangan kepadaku untuk berjabat tangan sebagai tanda perpisahan. Kami berjabat tangan, setelah itu dia melangkah meninggalkan taman Rex. Tetapi, baru saja ia keluar dari komplek taman Rex, gerimis tiba-tiba mengepung. Kulihat dia tidak berhenti dan berbalik untuk berteduh, tetapi terus berjalan sampai hilang di belokan jalan. Gerimis seperti menelannya.

Tak lama, gerimis pun berubah menjadi hujan besar. Lebih dari setengah jam baru hujan itu reda. Setelah reda benar, aku meninggalkan Rex dan berjalan kaki ke hotel yang tidak jauh dari situ. Sebenarnya, kalau tidak hujan, aku pingin berlama-lama di Rex. Aku yakin bakal bertemu sejumlah kawan di sana. Maklum, Rex tempat favorit bagi warga kota untuk bersantai atau nongkrong sampai dini hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun