Mohon tunggu...
Aisyah Asafid Abd
Aisyah Asafid Abd Mohon Tunggu... -

Writer dan teacher, jatuh cinta bahasa Indonesia dan baca koran, suka akting Reza Rahardian. tulisannya dimuat di aisyahabdullahjournal.blogspot.com dan cerpeninspiratifindonesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Mona, Bintang Kecil yang Mampu Menggugah Dunia

11 Mei 2010   14:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:16 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika mayat anaknya di angkat ,ibu mae menangis histeris seakan tidak menerima anak gadisnya itu meninggal mengenaskan.hal demikian juga dirasakan mata yang menyaksikan mayat mona

“Mona gadis yang cantik berusia 12 tahun yang baru lulus sekolah dasar,yang dikenal sopan ,baik dan setiap harinya ia selalu mengajarkan anak anak desa mengaji”

ia telah pergi dan tak akan kembali,rasa tidak percaya namun kenyataannya memang seperti ini .semua mata itu berkaca kaca.sekan menahan kepedihan atas kepergian mona.

Sesekali ibu maesaroh diam dan berusaha menahan perasaan sedih dengan kelapangannya.namun tidak bertahan lama setelah ia menerima anting mona yang di berikan oleh petugas kepolisian.

Ibu maesaroh menangis histeris kembali seperti anak yang kehilangan mainannya dan menginginkan mainannya kembali

*****

pagi…
mereka ,orang tua mona memutuskan pergi kesurabaya setelah didapatkan anaknya itu mati di mutilasi.
mau kemana pa ,tanya seorang warga
ingin ke surabaya ,ke rumah saudara . (pak damin ayah mona)

ibu mae selam dalam perjalanan menunduk dan diam entah malu atau sedih .warga hanya mendapatkan pemandangan seperti itu.

*****

rumah pak damin di kunjungi oleh dua pria yang berbadan kekar,

cari siapa pak,celoteh tetangga pak damin
pak damin dan isterinya kemana yah kok dari tadi mereka tidak menyahut…
jawab anggota kepolisian tersebut.
pergi ke surabaya pak,ada keperluan apa yah ?
ya saya ingin memberi tahu dan sekaligus meminta maaf bahwa kemarin itu bukan mayat mona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun