Â
      Dalam pengembangan bakat dan kreativitas haruslah bertolak dari karakteristik keberbakatan dan juga kreativitas yang perlu dioptimalkan pada peserta didik yang meliputi ranah kognitif, efektif, dan psikomotor.[2] Semua itu tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik dan orang tua yang mengarahkan anak terhadap bakat yang dimiliki anaknya. Salah satu unsur penting dalam pembinaan prestasi olahraga adalah kompetisi. Kompetisi merupakan salah satu bentuk evaluasi pembinaan olahraga secara umum, khususnya untuk mengetahui keberhasilan program latihan. Jadi hasil kompetisi dapat menjadi tolok ukur keberhasilan pembinaan.
       Suatu prestasi olahraga tidak serta merta datang dengan sendirinya. Hal ini tidak semua orang bisa memahami, bahkan mereka hanya berorientasi pada hasil kompetisi atau kejuaraan yang di tandai dengan perolehan medali, tanpa memperhatikan proses dari pembinaan yang dimulai dari usia dini. Kompleksitas pembinaan dan pengembangan yang ada, maka Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang diberikan tugas dan tanggung jawab menangani keolahragaan.[3] Diharapkan lebih aktif menjalankan perannya baik dalam membuat kebijakan maupun pada pelaksanaan, sehingga mampu mendekatkan jarak antara pemegang kebijakan dengan pelaku di lapangan seperti guru, pelatih dan pembina olahraga.
       Setiap orang memiliki bakat yang tentunya berbeda dengan yang lainnya. Bakat merupakan kemampuan yang memang sudah dimiliki oleh setiap orang yang dilakukan mempelajari sesuatu dengan cepat dalam artian mudah mengerti. Banyak faktor yang mempengaruhi bakat seseorang Pertama, pada bidang pendidikan, dimana ia ditempatkan untuk sekolah atau menuntut ilmu itu pasti berdampak kepada anak tersebut untuk mengasah bakat yang ia miliki. Kedua, lingkungan yaitu dimana ia tinggal karena sebagaimana kita ketahui lingkungan sangat berdampak besar terhadap daya tumbuh anak.Â
Ketiga, Orang tua yaitu peran penting orang tua tidak lepas dari bakat anak terkadang banyak kali kita jumpai orang tua memaksa anaknya untuk menjadi apa yang mereka inginkan tanpa memikirkan anaknya.Â
Contohnya yaitu ketika sianak ingin menjadi Pemain Sepak Bola namun orang tua berkeinginan lain yaitu anaknya harus menjadi seorang apparat kepolisian yang padahal bakat anak tersebut sangat menonjol pada bidang sepak bola ia sangat mahir dalam bidang olahraga dan bakat itu di pendam, lalu anak akan mengikuti saran atau dikte dari orang tuanya ia ikut tes namun tidak Lulus dan yang disalahkan anaknya tidak giat ddalam latihan dan lainnya, Padahal si anak tersebut memang tidak tertarik menjadi aparat kepolisian dan memang tidak memiliki basic yang mengarahkan sianak kesana.
       Berbeda dengan penduduk Desa Sengkat Mudo yang selalu mensuport bakat yang dimiliki anak-anak mereka selagi tidak menuju kepada hal-hal yang tidak diinginkan dalam artian yang tidak baik mereka selalu mendukungnya.
 Yang ingin menjadi Ustad atau Ustazah mereka masukan kesekolahan yang berbasic islam agar anak bisa memperdalam dan mengasah bakat yang anak miliki. Anak yang memiliki bakat dalam mesin mereka masukkan kedalam pendidikan Mesin begitu antusias orang tua setempat dalam mendidik dan mensuport anak anak mereka untuk mengembangkan bakat yang dimiliki sianak. Namun orang tua tetap mengarahkan dan memberikan penjelasan dari dampak yang di ambil oleh si anak atas keputusan keputusan yang akan mereka ambil kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H