Tiba waktu akhir hari puasa, saya ikut berkeliling Takbiran pakai mobil bak terbuka, sambil (tetap) membawa tutup panci untuk saya tabuh. Takbiran keliling kampung dahulu sangat tertib dan kreatif. Suasananya sangat ramai dan menyenangkan. Lebaran di rumah saya sampai sekarang menu wajibnya sama dengan umat Muslim pada umumnya. Ketupat, opor, sambal goreng ati, kue-kue, dan Ibu saya memasak tahu campur, waktu Bapak saya masih hidup ditambah dendeng ragi dan juga babat iso.Â
Kalau natal malah tidak seheboh ini dan saya selalu wajib punya baju baru di hari lebaran. Padahal Natal dan Paskah kami santai-santai saja. Mungkin karena Budaya di kampung begitu, sayapun enjoy saja menikmati moment ini. Saat lebaran tiba, saya ikut sibuk keliling kampung bersalam-salaman dan tidak lupa membawa tas kecil untuk tempat angpau.Â
Bapak sayapun ikut sibuk keliling kampung dan setelah itu menerima tamu dirumah karena bapak saya puluhan tahun jadi ketua RT. Walaupun Katolik, tetap saja banyak yang datang untuk berlebaran. Desa kami memang damai dan tentram. Untuk perusuh, jangan coba-coba datang ke Desa Kami. Habis Anda. Warga Desa kami sangat militandan cepat tanggap kalau menyangkut keamanan dan ketertiban.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H