Selanjutnya, kita bisa memulai dengan hal-hal kecil namun konsisten. Seperti menanam benih, kita bisa memulai dengan dzikir sederhana dalam keseharian. Ucapkan "Subhanallah", "Alhamdulillah", atau "Astaghfirullah" sesering mungkin. Ini seperti menyiram benih iman yang kita tanam dengan air dzikir.
Membaca Al-Qur'an setiap hari, meski hanya beberapa ayat, juga bisa menjadi jembatan yang menghubungkan kita kembali dengan Allah. Ini seperti membuka jendela dan membiarkan cahaya Ilahi menerangi hati kita yang mungkin telah lama gelap.
Buah manis dari mengingat Allah akan segera terasa. Hati akan menjadi tenang, seperti danau yang tenang di pagi hari. Kita akan merasakan perlindungan Allah, bagaikan seorang anak yang merasa aman dalam pelukan ibunya. Hidup akan terasa lebih berkah, dan kita akan memiliki kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan, seperti pohon yang kokoh menghadapi badai.
Pada akhirnya, ungkapan "Jangan kau anggap Allah melupakanmu, tapi kaulah yang melupakanNya sehingga lupamu itu menjadikanmu terlupakan" adalah sebuah pengingat yang kuat. Ia mengajak kita untuk selalu menjaga hubungan dengan Sang Pencipta, agar kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang terlupakan karena melupakan-Nya. Mari kita jadikan setiap detak jantung kita sebagai dzikir, setiap hembusan nafas kita sebagai tasbih, dan setiap langkah kita sebagai ibadah kepada Allah. Dengan demikian, kita akan merasakan kedekatan dengan-Nya dan mendapatkan kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H