Mohon tunggu...
Nadia Oktaviani
Nadia Oktaviani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Menulis, Introvert, dan podcast

Selanjutnya

Tutup

Trip

First Holiday Bersama Keluarga di Wisata Tapa Tuan, Aceh Selatan

23 Oktober 2024   21:15 Diperbarui: 23 Oktober 2024   21:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kota Tapaktuan sering juga disebut sebagai Kota Naga. Istilah ini berasal dari legenda Putri Naga dan Tuan Tapa.

Pada zaman dahulu, hidup seorang petapa sakti dengan tubuh raksasa bernama Syech Tuan Tapa. Ia kerap menghabiskan waktunya dengan bertapa atau bersemedi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan di sebuah bukit yang sekarang dikenal sebagai Gunung Tuan di Tapak Tuan. Suatu waktu, ada sepasang naga dari daratan Tiongkok menemukan sebuah bayi perempuan manusia yang sedang terapung di tengah lautan Samudera Hindia dengan tanda tahi lalat di perut.

Sepasang naga yang melihatnya langsung segera menyelamatkan bayi tersebut dan merawatnya sampai tumbuh besar menjadi anak perempuan di bukit yang sekarang disebut Gunung Alur Naga. Beberapa tahun kemudian, kisah tentang sang anak perempuan dengan sepasang naga terdengar sampai ke Kerajaan Asralanoka, sebuah kerjaan di Samudera Hindia. Raja dan sang permaisuri yang beberapa tahun sebelumnya kehilangan anak perempuannya saat sedang berlayar di Samudera Hindia mencurigai bahwa anak yang dirawat oleh sepasang naga itu adalah anak perempuan mereka yang hilang.

Raja dan permaisuri meminta kepada kedua naga untuk mempertemukan mereka, tetapi ditolak. Alhasil, sang raja dan permaisuri memutuskan membawa kabur si anak perempuan dan pergi menyusuri lautan. Kedua naga pun merasa marah dan berusaha mengejar mereka yang menimbulkan terjadinya pertempuran di atas laut. Pertempuran ini sontak mengusik persemedian sang Tuan Tapa. Ia pun segera keluar dari gunung dan melangkahkan kaki kanannya di karang untuk melempar tubuhnya ke laut tempat pertempuran terjadi.

Kisah tersebut seperti dongeng didalam layar tancap (televisi) bukan?, yaa sangat persis sekali jika di samakan, kemudian kami sekeluarga menikmati makanan yang ada di warung wisata itu, setelah menikmati pemandangan pantai yang indah.

* Perjalanan kembali pulang ke Aceh Barat

Setelah setengah harian bermain di kota orang, kami pun bergegas untuk berangkat kembali ke kampung halaman kami yaa tidak salah lagi kalau bukan di Meulaboh, seperti perjalanan pergi tadi kami sangat menikmati pemandangan ketika jalan pulang sehingga kami terkena musibah kecil, ban motor yang di kendarai oleh abg pertamaku ternyata bocor. Namun kami pelan-pelan jalan mencari bengkel terdekat di gunung trand.

Akhirnya menemukan 1 bengkel yang masih buka dan pun langsung bergegas menuju ke bengkel itu, kami pun dapat merasakan berehat walaupun hanya sebentar.

Selesai diperbaiki kami melanjutkan perjalanan untuk pulang sehingga sampai ke Meulaboh suasana yang sudah malam tetapi tidak larut malam. Kegembiraan yang keluargaku rasakan itu terkenang hingga saat ini dan ingin rasanya berliburan lagi bareng keluarga, namun rasanya harus banyak mempersiapkan apapun hal yang perlu disiapkan. Yaa begitulah keseruan First Holiday bersama keluarga, asyik bukan? Tentu asyik dongg. Yuk ciptakan keseruan selanjutnya bareng keluarga kalian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun